Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Saling tuding antara PDIP dan Partai Demokrat (PD) yang berawal dari Setya Novanto yang menyeret Puan Maharani dan Pramono Anung ke lingkaran kasus korupsi e-KTP diyakini pengamat sebagai langkah partai berlambang banteng itu untuk memisahkanJoko Widodo dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kian 'mesra'. PDIP membantah anggapan itu.
"Nggak ada (PDIP mau memisahkan Jokowi-SBY), itu cuma reaksi spontan karena kita pengin Jokowi menang, bukan Jokowi kalah," kata Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari kepada wartawan saat dihubungi, Sabtu (24/3).
PDIP dan PD saling serang bermula saat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membela Puan-Pramono dengan menyebut kalau kasus e-KTP tak mungkin melibatkan oposisi--kala itu pada 2012 PD merupakan penguasa dan PDIP oposisi. Hasto lalu mengungkit-ungkit slogan 'Katakan Tidak pada Korupsi', yang jadi jargon PD tempo lalu.
PD membalas PDIP. Sekjen PD Hinca Pandjaitan menyebut langkah PDIP yang menyeret mereka saat Puan dan Pramono 'dibunyikan' Novanto menerima uang USD 500 ribu merupakan sikap menggelikan dan terkesan cuci tangan.
Terlepas dari sikap panas dua partai tersebut, Eva menegaskan prioritas PDIP ialah memenangkan Jokowi. Bagi PDIP saat ini, semakin banyak parpol yang bergabung mengusung Jokowi, peluang menang akan bagus. Peluang PDIP-PD berkoalisi, kata Eva, tak tertutup akibat ribut-ribut soal Novanto itu.
"PSI aja disapa oleh kita kok, belum punya kursi," ucap Eva tertawa. (dtc)