Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Masyarakat suku Semana di Larantuka, Flores Timur, NTT memiliki sebuah tradisi dalam mengenang peristiwa penyaliban Yesus. Tradisi itu disebut Semana Santa. Tradisi ini telah berlangsung selama 500 tahun.
Seorang warga Flores, Yoseph Tien yang sudah berpuluh tahun tinggal di Medan, menjelaskan ritus sakral itu kepada medanbisnisdaily.com Kamis (29/3/2018).
"Sebagaimana yang diajarkan gereja, seminggu menjelang Hari Raya Paskah, umat Kristen memasuki masa khusus yang disebutkan Pekan Suci. Dimulai dengan Rabu Abu, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Paskah," kata Yoseph.
Masyarakat suku Semana di Larantuka, menyebut Rabu Abu dengan "Rabu Trewa" yang artinya Tuhan Lewat". "Rabu Trewa" diperingati sebagai permulaan hari berkabung, untuk mengenang kematian Yesus di kayu salib, katanya.
Malam harinya, para pemuda semana akan membunyikan lonceng, gong serta benda lain yang menghasilkan bunyi sambil mengucapkan "trewa"..."trewa". Selama Pekan Suci itu masyarakat suku Semana juga menggelar ritual Mengaji Semana. Mengaji Semana secara harafiah berarti pekan doa, jelas Yoseph.
Pelaksanaan Mengaji Semana menjadi tanggungjawab kepala suku-kepala suku Semana yang kemudian didistribusikan kepada keluarganya secara turun temurun. Setiap suku mempunyai tugas masing-masing.
Pada hari Kamis Putih pagi, suasana di Larantuka akan menjadi sangat hening. Pada hari itu digelar upacara "Muda Tuan" yakni membuka Kapela Tuan Ma yang selama satu tahun ditutup rapat. Kapela Tuan Ma adalah semacam kapel tempat patung Tuan Ma disimpan. Tuan Ma sendiri adalah asosiasi Bunda Maria. Patung Tuan Ma akan dimandikan dan diberi pakaian gelap tanda berkabung.
Dalam ritual itu juga digelar prosesi penghormatan Tuan Ma yang disebut prosesi "mencium tuan". Secara bergilir tokoh-tokoh masyarakat, akan mencium Patung Tuan Ma sebagai bentuk penghormatan mereka. Hal yang sama juga berlangsung di Kapela Tuan Ana (asosiasi Yesus).
Puncak Perayaan Semana Santa berlangsung Pada hari Jumat Agung, di hari dimana Yesus disalib. Ada dua prosesi yang berlangsung. Yakni upacara Prosesi Laut, yaitu dengan mengarak-arak Patung Tuan Meninu (Yesus sewaktu kanak-kanak) yang berada dalam peti jenazah berwarna hitam. Patung itu diantar ke pelabuhan untuk kemudian diarak dengan ratusan perahu.
Selanjutnya digelar arak-arakan Patung Tuan Ana mengelilingi Kota Larantuka. Hal itu untuk mengenang kisah penyaliban Yesus di Bukit Golgota. Selain Patung Ana, Patung Tuan Ma juga turut diarak untuk menggambarkan Bunda Maria yang turut menyaksikan langsung penderitaan putranya. Kedua patung ini diarak dari Kapela (kapel) masing-masing menuju Gereja Katedral.
"Pada pukul 15.00 dilakukan ibadah Jumat Agung dan Penghormatan Salib di Gereja Katedral. Selanjutnya pads pukul 18.00 dimulailah prosesi Lamentasi atau ratapan duka. Masyarakat berarak dengan membawa lilin. Mereka bernyanyi dan berdoa dengan khusuk melewati jalan-jalan yang kedua sisinya telah dipasangi lilin yang menyala," lanjut Yoseph.
Keesokan harinya, Sabtu Suci, di pagi hari, masyarakat kembali berkumpul di Katedral untuk mengikuti perarakan mengantar kembali Patung Tuan Ma dan Patung Tuan Ana ke kapelanya masing-masing.
Menurut asal katanya, Semana Santa berasal dari kata Semana yang berarti pekan dan Santa berarti suci. Prosesi Semana Santa merupakan bentuk akulturasi agama dan budaya masyarakat setempat warisan dari bangsa Portugis. Tradisi ini telah menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Larantuka sendiri sering disebut sebagai Kota Reinha de Losari atau Kota Ratu, Kota Bunda Maria.