Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Pemecatan sejumlah loyalis Anis Matta membuat internal PKS bergejolak. Politikus PKS Mahfudz Siddik menyebut gejolak ini justru menguntungkan Jokowi di Pilpres 2019. Kenapa?
"Makin lemah PKS ya makin untung Jokowi dalam pilpres 2019," ungkap Mahfudz kepada wartawan, Jumat (6/4/2018).
Mahfudz mengomentari pemecatan loyalis Anis. Pria yang juga dikenal sebagai loyalis eks Presiden PKS itu pun merasa heran dengan sikap pimpinan pusat partai.
"Aneh aja. Sedang hadapi pilkada 2018 dan akan hadapi pemilu 2019 malah sibuk memecat pimpinan wilayah. Kalaupun nggak ada resistensi, itu tetap ganggu soliditas di bawah," kata Mahfudz.
Dia menilai pemecatan loyalis Anis dari posisi pengurus partai tersebut telah melanggar Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PKS. Sama seperti Fahri, Mahfudz mengungkap ada perlawanan dari kader daerah yang ketua DPW nya dipecat oleh DPP.
"Karena ada penilaian di lapangan bahwa penggantian sepihak dan mendadak tersebut menabrak aturan dan mekanisme yang diatur dalam AD/ART," ujar anggota DPR ini.
Mahfudz memberi saran kepada kubu-kubu yang bertikai di PKS. Menurutnya perselisihan perlu disudahi. DPP disebutnya harus memimpin konsolidasi dengan daerah jelang Pilkada 2018.
"Saran saya sebagai kader PKS, sudahlah DPP fokus membantu wilayah-wilayah dalam pemenangan pilkada dan pemilu 2019. Banyak keluhan di bawah yang belum didengar dan direspon oleh DPP," tutur Mahfudz.
"Pecat-memecat pengurus dan kader hanya akan menambah beban DPP. Bukan mengurangi apalagi menyelesaikan," sambungnya.
Sebelumnya Fahri Hamzah mengungkap adanya bersih-bersih PKS dari loyalis Anis Matta, yang disebut akan running di Pilpres 2019. Salah satu yang dipecat adalah Ketua DPW PKS Sumatera Selatan Erza Saladin.
Bahkan Fahri menyebut kader PKS yang mengkritik DPP atau menjalin komunikasi dengan Anis dan dirinya akan diberi sanksi oleh DPP PKS.
"Pokoknya kena kepada orang yang punya masalah, kritik dengan DPP atau ketahuan bertemu dengan saya atau mendengar ceramahnya Pak Anis Matta," kata Fahri. (dtc)