Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Bandung. Keberadaan Kampung Barang Bekas dan Antik (Rastik) di Jalan Pamitran IV, Komplek Panghegar Permai, RT 5 RW 9, Kulurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung memang berbeda dari yang lain.
Jika biasanya warga menghias kampung dengan mural atau lukisan, tapi di tempat ini hampir seluruh sudut dihiasi oleh barang bernilai seni yang terbuat dari aneka barang bekas dan barang antik.
Adalah Enie Mu'alifah sosok di balik kreativitas warga Kampung Rastik. Ibu empat orang anak ini sejak dulu memang terkenal kreatif dan 'gatal' jika melihat barang tidak terpakai. Berawal dari situlah sejumlah karya seni diciptakan.
"Saya tidak ada darah seni. Semuanya otodidak. Kalau lihat barang rasanya gatal pingin buat apa saja. Semuanya dibikin tanpa konsep, berjalan begitu saja. Makanya orang sini bilang saya si crazy," ucap Enie saat ditemui detikcom di Kampung Rastik, Jumat (6/4/2018).
Pada awalnya Enie memulai dengan mendaur ulang koran dan bungkus plastik seperti umumnya ibu-ibu. Tapi baginya barang tersebut tidak terpakai dan malah terbuang kembali menjadi sampah.
"Saya berpikir gimana caranya barang bekas ini didaur ulang jadi barang yang awet dan mempunyai nilai artistik," katanya.
Hingga akhirnya ia memulai membuat sejumlah karya seni yang berasal dari barang bekas dan antik. Barang-barang tersebut berasal dari rumahnya, tetangga bahkan ia mendapatkannya secara tidak sengaja.
Seperti halnya karya seni yang ia beri nama Membumi. Karya seni yang terbuat dari aneka barang bekas seperti penggorengan hingga aneka kabel ini disusun secara artistik di tralis pagar hitam yang kesemuanya sumbangan warga.
"Membumi adalah karya yang filosofinya kita dari tanah akan kembali ke tanah. Kalau mengumpulkan barangnya semingguan, pengerjaannya sehari. Semua konsep saya yang buat, pengerjaannya barengan sama warga," kata Enie sambil menunjukkan Membumi yang disimpan di depan rumahnya.
Selain membuat benda seni, perempuan kelahiran 7 Februari 1974 ini juga piawai membuat souvenir hingga baju yang berasal dari barang bekas. Bahkan baju buatannya berhasil menjadi juara tingkat Kota Bandung.
Enie mengatakan selain ingin membuat lingkungan yang indah, juga berharap kebiasaannya bisa menular pada warga lain. "Ini selain untuk peduli lingkungan tapi memotivasi warga untuk berekspresi dengan seni. Toh sekarang lingkungan bisa bersih dan indah, barang-barang tidak begitu saja dibuang tapi dimanfaatkan," ucapnya.
Ia juga berharap Kampung Rastik bisa menjadi kawasan wisata sekaligus percontohan bagi wilayah lain untuk peduli terhadap lingkungan. "Ini juga sebagai bahan pengingat untuk kaum ibu jangan konsumtif. Sedikit-sedikit beli, buang, beli lagi, buang lagi. Tapi bagaimana kita bisa memanfaatkan barang tidak terpakai menjadi berguna," ujar Enie. (dtc)