Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Puluhan warga pengguna jalan dan warga Pangururan yang hendak mengikuti ibadah minggu ke Gereja Katolik Sait Nihuta, Kabupaten Samosir, sempat terhalang. Di tengah jalan, Minggu (8/4/2018) sekitar pukul 09.40 WIB, para warga dihadang E Boru Sirait. Bahkan, wanita penderita gangguan jiwa ini hampir melukai pengendara dengan lemparan batu. Akibatnya, sempat terjadi macet, sehingga puluhan personel Polres Samosir langsung ambil tindakan, dan memborgolnya.
E Sirait, selain mengalami gangguan jiwa, kini sedang dalam kondisi mengandung, dan sudah diboyong pihak kepolisian resor Samosir atas persetujuan keluarga ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hadrianus Sinaga, Pangururan untuk mendapatkan bantuan persalinan.
Plt Kepala Dinas Sosial Kabupaten Samosir, Hotman Sagala, ketika dihubungi medanbisnisdaily.com, menyampaikan, itu urusan rumah sakit.
"Kan orang sakit itu urusan rumah sakit. Kemarin memang sudah dibawa ke Medan, tapi tidak bisa diobati karena sedang hamil. Dan konteks di kita, anak terlantar," terang Hotman.
Direktur RSUD dr Hadrianus Sinaga, dr Friska Situmorang, ketika dihubungi menyikapi hal ini menyebutkan, kalau masalah persalinan, pasti siap menangani.
"Inikan masalah kejiwaan, kita tidak bisa tangani. Tidak ada anggaran untuk itu. Tapi kalau masalah persalinan karena sedang posisi mengandung, kita pasti siap menangani," ucap Friska.
Dia menceritakan, beberapa waktu lalu, E Boru Sirait (mengalami gangguan kejiwaan) pernah dibawa periksa ke poli rumah sakit, tapi yang terjadi, gedung rumah sakit jadi rusak.
"Kamis lalu, pasien ini dibawa periksa ke rumah sakit. Tapi sampai di ruang poli (ruang tunggu pemeriksaan), Boru Sirait mengamuk dan memecahkan kaca gedung. Akibatnya, semua petugas dan pasien yang ingin menjalani pemeriksaan, berhamburan keluar dari ruangan," terang Friska.
Menurut penuturan warga setempat ,ternyata kejadian yang sama sudah berlangsung selama 3 bulan. "Sudah begitu selama 3 bulan terakhir. Warga sudah sangat resah. Kita mohon, ini disikapi oleh pemerintah daerah. Takut sampai ada korban jiwa dan mengganggu pengunjung. Karena Samosir merupakan daerah wisata," ucap salah satu warga Sait Nihuta, Junior Harianja.