Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Ketum PBNU Said Aqil Siroj mengaku mengalami masa krisis saat aksi 212 pada Desember 2016. Namun ia berhasil melewati masa-masa yang disebutnya sebagai ujian besar itu.
Hal itu diungkapkan Said Aqil saat menjadi keynote speaker dalam peluncuran dan diskusi buku 'NU Penjaga NKRI' di gedung PBNU, Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat.
"Saya melewati masa krisis yang sangat luar biasa ketika 212. Betul-betul ujian yang besar. Alhamdulillah saya tidak bergeser sedikit pun," ujar Said di gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (10/4/2018).
Pada saat itu, Said Aqil menerima ancaman dan sekaligus rayuan untuk bergabung dengan aksi tersebut. Salah satunya, katanya, melaksanakan salat Jumat di Monas.
"Walaupun diancam atau dirayu, tidak sedikit pun kita bergeser menolak Jumatan di Monas. Satu, karena salat Jumat di Monas bukan salat, tapi politik. Kedua, saya tahu siapa di belakangnya yang biayain," kata Said.
"Ketiga, dari daerah datang tidurnya di Masjid Istiqlal. Mereka ngompol, ngemper, ngeces di Masjid Istiqlal, pas wayahe salat meninggalkan masjid ke Monas. Coba aja njenengan, gereja untuk tidur, pas mau kebaktian di luar. Piye jal," lanjutnya.
Menurut Said, aksi 212 merupakan aksi yang memiliki kepentingan politik. Sebagai Ketua PBNU, ia enggan memihak kepentingan-kepentingan politik mana pun.
"Saya sendirian, walaupun yang sependapat banyak. Hanya yang ndablek ikut ngomong cuma saya aja. Sudah lama NU selalu ndablek atau tidak berkepentingan, berbicara apa adanya. Yang benar kita katakan benar, yang salah kita katakan salah," tuturnya.
Tak hanya menyinggung aksi 212, dalam sambutannya, Said Aqil juga menyinggung ucapan politikus senior PAN Amien Rais yang yang menyebut 74% kepemilikan lahan di Indonesia dikuasai asing dalam pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Said mengatakan tudingan Amien Rais ke Jokowi salah alamat.
"Jokowi tidak pernah bagi-bagi tanah ke pengusaha, apalagi asing. Yang bagi-bagi itu Menteri Kehutanan yang sebelumnya. Yang sebelumnya, dan sebelumnya, sebelumnya, sebelumnya," kata Said, yang disambut tawa peserta yang hadir.
"Jadi salah alamat ketika ada kritikan dari Pak Amien Rais itu. Salah alamat," tambahnya.
Said kemudian juga menyinggung ucapan Ketua Umum Gerindra Prabowo yang menyebut Indonesia akan bubar pada 2030. Said menekankan Alquran menegaskan bahwa sebuah bangsa yang beriman dan bertakwa tidak akan bubar.
"Yang bubar itu negara-negara yang ingkar pada Tuhan. Dan perilakunya jauh dari Tuhan. Alquran menjanjikan selama bangsa itu beriman dan bertakwa, Tuhan akan menjaga negara itu. Jangankan 2030, sampai kiamat baru bubar. Insyaallah," pungkasnya. (dtc)