Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Medan. Minyak serat mesokarp sawit (SMS) dapat digunakan menghasilkan produk konsetrat karotenoid dan nanoemulsi untuk pewarna alami sari kering dan permen jeli (pangan). Aplikasi nanoemulsi SMS sebagai pewarna mie kering dilakukan pada konsentrasi 10%.
Hal itu dikatakan dosen Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan, Dr Ir Hotman Manurung MS saat mempertahankan disertasinya di S3 (doktor) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) tentang ekstraksi minyak dari serat mesokarp kelapa sawit untuk menghasilkan konsentrat karotenoid dan nanoemulsi sebagai pewarna alami pangan.
Disertasi itu disampaikan di depan para penguji seperti Promotor Prof Dr Jansen Silalahi, Co Promotor Dr Ir Donald Siahaan dan Prof Dr Elisa Julianti. Sedangkan penguji Prof Dr Setiati Pandia, Dr Delvian SP MP dan Prof Drs Manihar Situmorang MSc PhD di Ruang IMGT USU, Selasa (10/4/2018).
Dalam paparannya, Hotmtan Manurung mengatakan bahwa pabrik kelapa sawit (PKS) menghasilkan residu tandan kosong sawit (TKS), serat mesokarp sawit (SMS), dan limbah cair yang masih mengandung minyak dan karotenoid. Akan tetapi, katanya, PKS menggunakan TKS dan SMS hanya sebagai bahan bakar.
“Sehingga mengakibatkan minyak dan karotenoid hilang dengan sia-sia dan menimbulkan gas rumah kaca (GRK). Tujuan penelitian adalah untuk mengekstraksi minyak dari residu PKS yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk konsentrat karotenoid dan produk nanoemulsi sebagai pewarna alami pangan,” katanya.
Hotman Manurung menjelaskan bahwa tahapan penelitian dilaksanakan dengan empat tahap yaitu tahap pertama penentuan kuantitas dan kualitas minyak limbah, kedua pembuatan konsentrat karotenoid. Kemudian, tahap ketiga pembuatan nanoemulsi dan tahap empat applikasi nanoemulsi sebagai pewarna dan sumber karotenoid pada mie kering dan permen jeli.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas minyak SMS lebih tinggi dibandingkan dengan minyak TKS dan minyak limbah cair. Kadar minyak SMS 3,91% dengan rendemen maserasi 3,47%. Sedangkan kadar minyak TKS 2,86% dengan rendemen maserasi 2,26%. Kadar minyak limbah cair 0,31% tetapi dengan maserasi limbah cair tidak menghasilkan minyak. Kadar karotenoid minyak SMS 2.305 ppm, deteriosation of bleaching index (DOBI) 3,49 dan asam lemak bebas (ALB) sebesar 9,68%,” tegas Hotman Manurung.
Pada desertasi itu, Hotman Manurung mengatakan hasil penelitian disimpulkan bahwa minyak SMS lebih potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan konsentrat karotenoid dan nanoemulsi yang digunakan sebagai pewarna mi kering dan permen jeli dibandingkan minyak TKS. Konsentrat karotenoid minyak SMS mengandung karotenoid 302.442 ppm dengan DOBI 5,74.
Kemudian, nanoemulsi yang terbaik dihasilkan dari kombinasi perlakuan perbandingan minyak dengan air 20:80 (b/b) dengan emulsifier tween 805% pada tekanan 500 bar dengan karakteristik nanoemulsi zave 156 nm, polidiversitas index (PDI) 0,170 dan zeta potensial -21,30mV serta paling stabil sampai pada penyimpanan beku selama 16 hari.
“Aplikasi nanoemulsi minyak SMS sebagai pewarna dapat meningkatkan tingkat kesukaan warna mie dan permen jeli dari tidak suka menjadi suka. Mie kering yang diaplikasikan dengan 10% nanoemulsi minyak SMS dapat diklaim sebagai pangan berkarotenoid tinggi. Berdasarkan uji kuantitas dan kualitas minyak TKS dan SMS, maka minyak SMS sangat potensial digunakan sebagai pewarna alami pangan dan sumber karotenoid. Efek reduksi emisi GRK dari SMS setelah dilakukan maserasi mencapai 88,77%,” katanya.