Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - PBB mendorong sang ketum, Yusril Ihza Mahendra, menjadi cawapres Prabowo Subianto. Yusril pun pesimistis karena tahu diri PBB tak punya kekuatan untuk menambah modal Prabowo di Pilpres 2019.
"Ya itu baru wacana yang berkembang di publik dan pengamat politik yang sebagian politisi juga. Tapi saya sendiri tidak begitu aktif dalam masalah pencalonan presiden dan wakilnya. Karena saya menyadari bahwa partai saya tidak punya perwakilan kalau didasarkan pada Pemilu 2014, " kata Yusril di gedung KKP, Bareskrim Polri, Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Senin (16/4/2018).
Suara PBB dalam Pemilu 2014 kurang untuk membuatnya memiliki kursi di DPR RI. PBB hanya mendapatkan 1,46 persen suara sah nasional di Pemilu 2014, sedangkan ambang batas parlemen kala itu sebesar 3,5 persen.
PBB pun tidak memiliki suara untuk bisa mengusung capres sendiri. Namun Yusril optimistis, dalam Pemilu 2019, PBB akan mampu menyaring suara untuk mempertimbangkan mengusung capres sendiri.
"Kalau 2019, insyaallah PBB akan jadi partai yang punya wakil dan punya kekuatan politik yang signifikan. Apakah itu yang jadi pertimbangan setelah nanti presiden terpilih," sebutnya.
Dalam UU Pemilu, partai atau gabungan partai harus memiliki total kursi di DPR minimal 20 persen sebagai ambang batas capres atau 25 persen suara partai di Pemilu 2014. PBB bisa ikut bila syarat yang digunakan berdasarkan suara nasional, bukan kepemilikan kursi di DPR.
"Tapi kalau pintu masuk ke pencalonan itu hanya mungkin kalau PBB menggunakan perolehan suara sah secara nasional. Tapi bukan perwakilan yang ada di DPR. Dan memang pencalonan seseorang presiden dan wakilnya lebih banyak pertimbangan politik dan faktor elektabilitas seseorang. Dalam konteks itu makanya wacana itu timbul," jelas Yusril.
Yusril pun menilai munculnya nama dia sebagai pendamping Prabowo karena adanya komunikasi politik yang baik antara PBB dan Gerindra. Yusril juga menilai Prabowo akan mempertimbangkan latar belakang dari elektabilitas tokoh yang masuk bursa capres/cawapres.
"Jadi saya menyadari bahwa ada peran partai yang selama ini sudah bekerja sama baik dengan Gerindra yang pikirannya mendapatkan keutamaan. Dibandingkan dengan saya yang tidak punya perwakilan di DPR sekarang ini," ungkapnya.
"Jadi Prabowo pasti sudah menimbang-nimbang seorang wakil itu yang akan mendongkrak elektabilitas beliau. Kalau tidak mendongkrak atau menurunkan, tidak ada gunanya. Dan itu dikaitkan dengan partai politiknya. Tapi karena pemilihan langsung ya, itu didasarkan pada orangnya," sambung Yusril.
Sebelumnya, PBB menyodorkan ketumnya, Yusril Ihza Mahendra, sebagai cawapres bagi Prabowo untuk menaikkan elektabilitas Prabowo. PBB juga berharap Prabowo mempertimbangkan memilih capres berdasarkan elektabilitas, bukan jatah kursi DPR.
"Kami siap memaparkan dukungan riil dari para ulama dan pondok se-Jawa jika Yusril dipilih jadi bakal wapresnya. Oleh sebab itu, saran saya Prabowo segara bikin survei dengan simulasi pasangan, apakah dari PBB, PKS, atau PAN agar hasilnya bisa buat rujukan," kata Ketua Pemenangan Presiden PBB Sukmo Harsono kepada wartawan, Rabu (11/4). dtc