Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Ekonomi China tercatat tumbuh 6,8% di kuartal I-2018. Angka tersebut berada di atas perkiraan sebesar 6,7%.
"Meskipun ekonomi China masih mengalami penguatan, diperkirakan ada tren perlambatan beberapa waktu ke depan," kata Kepala Ekonom Asia Pasifik Barclays David Fernandez seperti dikutip dari CNBC, Selasa (17/4).
Investasi di sektor properti seperti real estate diperkirakan bergerak moderat seiring langkah pemerintah mengurangi spekulasi di sektor ini. Selain itu, Beijing juga bertindak tegas terkait pencemaran lingkungan dari industri.
Pertumbuhan industri pada Maret mengalami perlambatan ke 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan pada Januari-Februari tahun ini pertumbuhan industri tercatat 7,2%.
Dalam data lain, pertumbuhan investasi aset tetap Januari hingga Maret melambat menjadi 7,5% dari tahun lalu, turun dari 7,9% dalam dua bulan pertama tahun ini. Para ekonom telah memperkirakan investasi aset tetap berada di level 7,6% di tiga bulan pertama 2018.
Di sisi lain, penjualan ritel melampaui ekspektasi pada bulan Maret, naik 10,1% dari tahun lalu, sekaligus melampaui perkiraan 9,9%.
Meskipun permintaan domestik China kuat, perlambatan ekonomi diperkirakan terjadi di Beijing. Hal ini sesuai dengan Kongres Partai Komunis Tiongkok ke-19 Oktober lalu.
"Mereka mencoba untuk melambatkan pertumbuhan ekonomi, mereka juga mencoba untuk mengatur di pertumbuhan kredit," kata Ekonom Oxford Economics Sian Fenner.
Pengetatan kebijakan moneter dan ekspor masih cukup mendukung pertumbuhan tetapi tidak cukup mempercepat pada kecepatan yang sama juga akan mempengaruhi pertumbuhan pada 2018. Oxford memperkirakan PDB setahun penuh China adalah 6,4%.
Perekonomian China tumbuh 6,9% pada 2017, melampaui target 6,5% karena pemulihan global yang sinkron.
Pertumbuhan ekonomi China yang cukup kuat tahun lalu terselip kekhawatiran tentang risiko keuangan Asia Timur. Ekonomi terbesar kedua di dunia telah berjuang melawan utang selama bertahun-tahun karena mencoba menyeimbangkan stabilitas ekonomi terhadap potensi kejatuhan dari perlambatan yang tajam.
Risiko terhadap ekonomi China pada 2018 termasuk proteksionisme perdagangan karena pemerintahan Presiden AS, pemerintahan Donald Trump, giginya untuk mengatasi kesenjangan perdagangan yang menguap antara kedua negara. (dtf)