Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service menaikkan peringkat sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia dari Baa3 outlook positif menjadi Baa2 outlook stabil.
Tapi kenaikan peringkat kredit tersebut dinilai tak mempengaruhi kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang masih melemah.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan kondisi nilai tukar rupiah yang belum menguat karena adanya tekanan pada kondisi ekesternal. Dody menjelaskan, pasar masih berekspektasi adanya kenaikan Fed Fund Rate (FFR) diprediksi naik lagi sebanyak 3 kali.
"Setelah kenaikan rating dari Moody's, rupiah belum menguat karena kondisi eksternal masih ada. Artinya dari pasar masih ada ekspektasi kenaikan FFR, pasar masih menghitung itu," kata Dody di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (18/4).
Dia menjelaskan BI terus memantau pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dody mengharapkan, dengan adanya kenaikan rating bisa membantu penguatan rupiah.
"Jadi jangan dilihat langsung menguat (setelah rating naik), tetapi rupiah bisa bertahan dan tetap stabil sudah baik," ujarnya.
Dari data Jakarta Interbank Spor Dollar Rate (Jisdor) per hari ini (18/4) nilai tukar tercatat Rp 13.770 per dolar AS. Stabil dibandingkan hari sebelumnya (17/4) di posisi Rp 13.770. Pada (16/4) nilai tukar tercatat Rp 13.766 per dolar AS.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan peningkatan rating oleh Moody's sesuai dengan kondisi Indonesia.
"Kalau mereka menaikkan rating suatu negara itu dia sudah kaji dalam dalam, mereka ke sini mengecek berdasarkan data dan informasi," ujarnya.
Menurut Darmin, Moody's menilai Indonesia memiliki ketahanan moneter dan fiskal.
"Kemudian sektor riilnya juga dia kaji. Artinya apa? Bisa dikatakan adalah lembaga rating internasional saja percaya (dengan Indonesia)," imbuh dia.(dtf)