Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Peristiwa penamparan guru kepada murid di Purwokerto, Jawa Tengah, menyita perhatian publik. Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian mengajak semua pihak untuk menjadikan kasus ini sebagai bahan evaluasi bagi institusi pendidikan.
"Jadi ini mungkin sama-sama evaluasi lah. Baiknya anak-anak juga ditanya sebetulnya apa harapan mereka terhadap sekolah. Kita tidak boleh tutup mata ya. Sebenarnya akar masalahnya dimana," kata Hetifah kepada wartawan, Jumat (20/4/2018).
Menurut Hetifah, segala bentuk kekerasan dalam institusi pendidikan tak bisa dibenarkan. Terlebih, kondisi siswa saat ini tak bisa disamakan dengan kondisi di masa lampau.
Hetifah menilai, kebanyakan aksi kekerasan di dunia pendidikan dilatarbelakangi adanya jarak era pendidikan antara guru dan murid. Akibatnya, kedua belah pihak tak bisa memahami keinginan dan kebutuhan masing-masing.
"Anak-anak sekarang kan juga beda. Mereka lebih suka diajak bicara, diberikan kesempatan mengambil keputusan bersama. Mungkin sekarang ada gap komunikasi ya. Anak-anak mungkin sekarang cenderung menganggap guru-guru tidak memahami mereka, membosankan, gitu kan," jelasnya.
Ke depan, Hetifah berharap kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh institusi pendidikan harus melibatkan siswa. Menurutnya, pelibatan siswa bisa memberikan input yang lebih valid agar kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung lebih kondusif dan menyenangkan.
"Kalau menurut saya justru selama ini kita kalau bikin peraturan tidak mendengarkan pendapat dari anak. Karena dianggap masih muda. Padahal kalau pendapat dari mereka sendiri bisa lebih valid," sebut politikus Partai Golkar itu.
"Bagaimana sih, pandangan mereka tentang disiplin, guru-guru, tentang cara mengajar sekarang. Anak kan punya pikiran juga versi mereka. Kita harus lebih mendengar," imbuh Hetifah.
Peristiwa guru menampar murid ini terjadi di SMK Kesatrian Purwokerto. Ada sembilan korban penamparan guru itu. Pihak sekolah mengaku tak menduga hal ini akan terjadi. Guru berinisial LK itu telah ditetapkan sebagai tersangka oleh kepolisian. dtc