Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Keputusan Djarot Syaiful Hidayat menerima penugasan untuk hijrah ke Sumut karena ingin memperbaiki beberapa hal, di antaranya berjihad melawan korupsi dan narkoba.Untuk bisa memperebutkan kursi Sumut 1, mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun harus berhadapan dengan mantan Pangkostrad TNI AD, Letnan Jenderal (Purn) Edy Rahmayadi - Musa Rajeckshah (Eramas).
Tidak mudah memang, apalagi Eramas didukung gabungan partai politik yang memiliki 60 kursi di DPRD Sumut. Sedangkan, Djarot-Sihar Sitorus (DJOSS) hanya mendapat dukungan dua Parpol yang memiliki 20 kursi. Meski belakangan, PKPI yang memiliki 3 kursi ikut mendukung DJOSS.
Meski begitu, Djarot mengaku tidak ingin mempergunakan cara-cara yang tidak baik dalam memikat hati masyarakat.
"Kita bisa menang tanpa menghina orang lain, kita menang tanpa menistakan orang lain, kita menang dengan tetap menghargai orang lain," kata Djarot saat bersilaturahmi dengan Paguyuban Keluarga Besar Putra Jawa Kelahiran Sumatera (PKB Pujakesuma), di Jalan STM, Medan, Kamis (18/4/2018).
Djarot yakin, meski hanya didukung parpol minoritas bisa memenangkan pertarungan. "Kita nurut tanpa bolo artinya sepanjang memiliki keyakinan bahwa bisa menang, meskipun hanya memiliki satu orang, tapi berani menghadapi orang lain," jelasnya.
Kalau memilih bersikap egois, dia mengaku tidak akan mungkin keputusan penugasan untuk hijrah ke Sumut diterimanya.
"Anak saya sudah besar, mohon maaf bukan sombong, secara ekonomi juga sudah cukup, kalau saya egois tidak mungkin ke Sumut," ujarnya.
Politikus PDIP ini pun menyebut kompetisi di Pilgub Sumut 2018 merupakan ajang mencari pemimpin pemerintahan.
"Karena ini yang dicari pemerintahan, yang dicari harus orang yang paham pemerintah. Kalau ada ibu-ibu hamil kan tidak mungkin pergi ke dokter mata, maka serahkan pekerjaan kepada ahlinya," tukasnya.