Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Bulan Ramadan 2018 akan dioptimalkan partai pengusung Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS) untuk mendongkrak elektabilitas Paslon nomor urut 1 ini. ERAMAS menyadari betul kalau elektabilitas mereka memang masing unggul namun cenderung stagnan sejak Januari sampai saat ini. Sementara lawan mereka, pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS), menunjukkan tren elektabilitas yang menanjak.
Karenanya, momentum bulan suci umat Islam ini akan dijadikan momentum untuk menguatkan pemilih ERAMAS.
"Itu bagian strategi kita untuk meningkatkan elektabilitas, menjual calon kita," kata Wakil Ketua Tim Pemenangan ERAMAS, Abdul Rahim, di sela rapat pleno terbuka rekapitulasi DPT Pilgub Sumut 2018, di Hotel Adi Mulia, Medan, Sabtu (21/4/2018).
Sekretaris DPW PKS Sumut ini menyebut, pada dasarnya ada tiga tipikal pemilih di Indonesia. Pertama, pemilih yang memilih karena pendekatan ideologis, lalu pemilih pragmatis dan pemilih opurtunis.
"Makanya kita akan coba melakukan pendekatan yang pertama tadi, pendekatan ideologis. Itu kan sah-sah saja kita lakukan dalam rangka menjual calon kita. Sehingga kita berharap gerakan yang kita lakukan tadi bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya basis kita tadi," ungkapnya.
Namun meski mengandalkan pendekatan keumatan, menurut Rahim, bukan berarti mereka melupakan pendekatan-pendekatan lain. Ada seabrek strategi serta program yang mereka siapkan dalam mendulang pemilih. Dan satu hal yang tak kalah penting bagi mereka adalah memastikan pemilih hadir di TPS dan memaksimalkan pengawasan di TPS demi mengantisipasi kecurangan.
Dari empat lembaga survei yang melakukan survei Pemilihan Gubernur Sumatera Utara, pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS) menunjukkan tren positif. Dari survei itu, elektabilitas Djarot-Sihar, terus mengalami peningkatan.
Berbeda dengan elektabilitas pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS) yang masih terbilang stagnan. Dalam survei terakhir yang baru diumumkan lembaga riset PRC, elektabilitas DJOSS berada di angka 38,45%. Selisih 10% dengan ERAMAS yang berada di angka 48,7%.
Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU) Dadang Darmawan berpendapat, tren positif DJOSS dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah strategi.
Kata Dadang, sejak awal ERAMAS memang menunjukkan strategi mempertahankan kemenangan. Karena sejak digadang-gadang akan menjadi Cagub, elektabilitas Edy Rahmayadi memang tinggi. Apalagi Edy pernah menjabat sebagai Pangkostrad.
"Ektabilitas yang tinggi sejak awal tidak kelihatan lagi sekarang. Karena, Djarot berhasil mengidentifikasi kelemahan yang ada pada mereka. Dan adanya faktor eksternal yang turut mempengaruhi suara Djarot," kata Dadang, Jumat (20/4/2018) malam.
Peningkatan elektabilitas DJOSS juga dipengaruhi oleh mundurnya pasangan JR Saragih-Ance Selian dari pertarungan. Dukungan massa JR-Ance tampaknya beralih ke DJOSS.
Lebih jauh lagi, menurut mantan Ketua BADKO HMI ini, pasangan ERAMAS seperti tidak punya strategi lain selain strategi agama. "Jadi mereka kehilangan variabel-variabel pengaruh yang lain. Jadi hanya satu variabel saja yang dominan. Dan itu, seolah -olah kalau menurut yang kita lihat, terjebak pada opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat, bahwa satu-satunya cara agar ERAMAS bisa menang adalah dengan isu agama," ujarnya.
Hal itu dimanfaatkan betul oleh DJOSS yang masuk ke segala lini. Mereka terus melakukan penetrasi untuk menggaet dukungan.
"Mereka tidak mau terjebak, pada isu primordial, keagamaan, SARA, sehingga membuat begitu banyak upaya lain untuk mempengaruhi pemilih. Mereka masuk ke kelompok mana saja, tanpa ikatan primordial, Djarot berbagi peran dengan Sihar," jelasnya.
DJOSS juga mendapat tambahan amunisi dari relawan yang dulunya mendukung Jokowi saat bertarung di Pilpres. Sedangkan ERAMAS hanya mendapat dukungan dari upaya sendiri.
Relawan Jokowi menjadi keuntungan sendiri bagi DJOSS. Sehingga mereka tinggal mencari dukungan dari variabel yang lain.