Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balaltbangtan Sumatera Utara (Sumut) menawarkan teknologi RAISA pada lahan pertanian sub optimal atau lahan-lahan marginal.
"Lahan-lahan marginal itu mengandung unsur mikro seperti kandungan besi (Fe) dan natrium (Na) atau garam dalam jumlah yang berlebih di dalam tanah sehingga sulit untuk ditanami," kata Kepala BPTP Balalitbangtan Sumut Khadijah El Ramija melalui Akmal selaku peneliti di instansi tersebut, Selasa (24/4/2018), di Medan.
Menurut Akmal, kondisi lahan marginal tersebut umumnya banyak ditemui di lahan pasang surut, yang berada di daerah pesisir seperti di Kabupaten Langkat, Labuhanbatu Utara (Labura) dan Serdang Bedagai.
Dengan kondisi lahan seperti itu, kata dia, petani hanya bisa memperoleh hasil yang minim dalam usaha pertaniannya pada tanam padi. Hasil yang diperoleh hanya berkisar tiga ton per hektare, gabah kering panen (GKP) Dan itu pun, hanya dapat ditanami sekali dalam setahun.
Tetapi dengan teknologi, kata Akmal, lahan marginal dapat menghasilkan empat sampai lima ton per hektare GKP dan dapat ditanami dua kali dalam setahun atau indeks pertanaman (IP) 2.
Adapun teknologi yang ditawarkan, menurut Akmal, adalah dengan teknologi RAISA (Rawa pasang surut intensive super dan aktual). Dimana teknologi ini menggunakan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pasang surut, pemilihan varietas seperti Inpara 2, Inpara 3, 4,5,6,7,8 dan Inpara 9.
Kemudian, pemilihan air mikro yaitu menyediakan air sesuai kebutuhan tanaman, menyimpan atau konservasi air. Ini berfungsi untuk mencuci unsur atau senyawa beracun yang ada di lahan pertanian dengan cara mengalirkan air bersih tersebut.
"Selanjutnya adalah penataan lahan komoditas. Untuk lahan sulfat masam dilakukan dengan cara TOT +tanpa olah tanah) atau olah tanah minimum. Artinya, tanah tidak dicangkul atau dibajak tetapi cukup ditugal untuk memasukan bibit atau benih tanaman yang mau ditanam," jelasnya.
Karena bila dicangkul maka unsur mikro yang berlebihan tadi bila terkena matahari akan menjadi racun.
Selanjutnya adalah penyiapan lahan untuk kemudian penanaman. "Penyiapan lahan ini dapat dilakukan dengan TOT atau OTM dengan rotari mata pisau tajam. Jadi tidak dicangkul," terang Akmal.
Teknologi RAISA ini kata Akmal, telah mereka terapkan saat mendampingi Bank Indonesia yang melakukan pendampingan pada petani binaan BI di Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat.
"BI mendampingi petani padi binaannya di Desa Pulau Kampai uang merupakan lahan pasang surut. Dan, BPTP Balalitbangtan Sumut sebagai penyedia teknologi. Hasilnya cukup lumayan, produksi uang didapat mencapai 4,2 ton per hektare sementara varietas Ramos yang dipakai petani perbandingan hanya berkisar tiga ton per hektare," ujarnya.