Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kehadiran sensasional Mitsubishi Xpander menyita banyak perhatian. Di dalam negeri sendiri, sejak peluncurannya di Agustus kemarin, MPV besutan PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Indonesia (MMKSI) ini sudah di pesan sebanyak 66.000 unit. Bahkan hingga saat ini masih banyak pencinta Mitsubishi Xpander yang rela inden hingga 4 bulan demi memilikinya.
Akan tetapi bukan berbegas, memenuhi semua kebutuhan konsumen di Indonesia, Mitsubishi memilih langkah besar untuk bisa mengekspor Xpander ke luar negeri. Kenapa Begitu Mitsubishi?
Mitsubishi pun menjelaskan alasan mengapa Xpander dikirim ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan di sana.
Rupanya ekspor Mitsubishi Xpander sudah sempat tertunda selama empat bulan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan berbagai negara akan kehadiran Xpander, dilakukan Mitsubishi Motor Krama Yudha Indonesia (MMKSI).
"Pasar ekspor banyak yang menunggu kedatangan dan kehadiran Xpander. Karena kita sudah tunda cukup lama yang tadinya harus di bulan Januari, kita baru melakukannya sekarang. Hal itu karena permintaan di pasar domestik sangat tinggi, melebihi ekspektasi," kata Osamu Masuko, Chief Executive Officer PT Mitsubishi Motors Corporation, kepada wartawan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (25/4).
Meski demikian Osamu berjanji, produksi Mitsubishi Xpander akan ditingkatkan untuk bisa memenuhi kebutuhan domestik dan luar negeri.
"Animo yang sangat luar biasa dan melebihi ekspektasi tentang Xpander ini membuat pabrik perakitannya di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat akan ditingkatkan kembali. Sehingga konsumennya tidak perlu menunggu lama Xpander," kata Osamu.
"Di dalam negeri juga masih ada yang menunggu (inden). Oleh karena itu di bulan Juli produksinya kita tingkatkan jadi 10,000 unit (yang semula 8,000 unit per bulan-Red)," tambahnya.
Pada pembagian komposisi total produksi Xpander, Osamu mengaku masih mengedepankan pengiriman untuk pasar domestik. Nilainya 70:30 untuk pasar dalam negeri.
"Jadi kita mengedepankan yang dalam negeri dahulu namun tidak menutup untuk pasar ekspor. Perbandingan hasil produksinya nanti 70 persen di distribusikan ke dalam negeri, sisanya ekspor. Saya harap dengan ini tahun depan tidak ada yang inden lagi," ujarnya.(dto)