Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sasagun merupakan salah satu kuliner khas dari Tanah Batak. Kudapan yang diolah dari beras yang ditumbuk kemudian digongseng ini merupakan simbol makanan bagi para perantau. Sasagun dulunya biasa dikonsumsi untuk situasi khusus. Misalnya saat akan memasuki hutan selama berhari-hari. Maupun saat berperang di masa kolonial. Sasagun adalah ransum dari Tanah Batak.
Sasagun menjadi pengganti nasi yang siap untuk dimakan kapan saja dan dalam keadaan apapun. Cara menghidangkannya sangat sederhana, sasagun tinggal dicampur gula pasir atau garam, tergantung selera. Biasanya hanya beberapa sendok makan, perut sudah terasa berisi dan bertenaga.
Di masa lalu, sasagun juga dijadikan bekal perjalanan wajib bagi orang Batak yang merantau. Maklum untuk merantau ke Jakarta, misalnya, dibutuhkan waktu hingga berhari-hari. Baik dengan bus maupun kapal laut. Selama dalam perjalanan, sasagun itulah yang dimakan.
Hal itu dikatakan pegiat budaya Batak Toba dari Jendela Toba, Jhon Fawer kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (26/4/2018). Lulusan sejarah Unimed ini menjelaskan, sasagun itu termasuk kekayaan kuliner yang dimiliki orang Batak Toba.
Ada nilai-nilai budaya yang disimbolkan kepada sasagun. Antara lain, seperti sifat sasagun itulah diharapkan mental perantau Batak. Yaitu kuat dan "tahan lama". Juga mudah beradaptasi dan bersosialisasi.
"Sasagun itu bisa sampai berbulan-bulan umurnya. Kapan lapar bisa langsung dimakan. Tidak perlu diolah lagi. Tinggal makan. Kek gitulah harapan orang Batak di perantauan," kata Jhon.
Mungkin itulah yang membuat orang Batak kalau sudah merantau, pantang pulang sebelum berhasil. Karena tuntutan itu, di perantauan mereka dikenal pekerja keras. Bahkan tak jarang sampai memaksakan diri, kata Jhon.
Sasagun itu simpel, tapi manfaatnya besar. Bahannya pun hanya tepung beras yang digongseng. Kalau pas mau dimakan, tinggal dicampur gula pasir atau garam. Begitu juga ciri perantau Batak. Merantau hanya berbekal kain di badan. Tapi kalau belum berhasil takut pulang, kata Jhon.
Belakangan inovasi sasagun semakin variatif. Ada yang mencampurnya dengan kelapa maupun gula merah.