Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Organisasi yang berprofesi di bidang akuakultur yang tergabung dalam Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) meminta pemerintah memberi perhatian khusus terhadap usaha di bidang rumput laut. Hal itu karena komoditas tersebut menyimpan potensi besar.
Ketua MAI Safari Azis mencontohkan potensi salah satu jenis rumput laut yakni eucheuma cottonii. Rumput laut jenis ini dikenal banyak dibudidayakan di Indonesia. Potensi rumput laut ini nilainya mencapai US$ 34 miliar atau setara Rp 459 triliun (kurs Rp 13.500/US$).
Jenis rumput laut ini biasanya dibudidayakan di perairan laut dangkal. Kata dia berdasarkan data Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) ada 2 juta hektare luas laut dangkal yang cocok sebagai tempat budidaya.
"Perairan laut dangkal yang cocok untuk rumput laut sekitar 2 juta hektare. Menurut Direktorat Perikanan Budidaya (KKP) rata-rata produksi 17 ton rumput laut kering per hektare. Dikali 2 juta hektare, 34 juta ton. Kalau di kg-kan jadi 34 miliar kg," ujarnya dalam diskusi bersama Kadin Indonesia membahas peluang usaha rumput laut yang berkelanjutan di Indonesia, di Menara Kadin, Jakarta, Senin (30/4).
Rata-rata harga rumput laut jenis ini ditaksirnya sebesar US$ 1 atau setara Rp 13.500. Maka 34 miliar kg rumput laut dikalikan US$ 1 totalnya adalah US$ 34 miliar. Itu lah nilai potensi rumput laut di Indonesia dengan luas area budidaya yang mencapai 2 juta hektare.
"Kalau harga rumput laut US$ 1 atau Rp 13 ribu berarti US$ 34 miliar," sebutnya.
Pihak yang hadir dalam diskusi ini yakni Direktur Produksi dan Usaha Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Umi Windrani, dan Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis.
Adapula perwakilan pengusaha yang kegiatan usahanya menggunakan bahan baku rumput laut, yakni dari PT Kappa Carrageenan Nusantara, PT Agarswallow, serta asosiasi dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi). (dtf)