Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pemerintah Indonesia melalui lembaga penelitian diharapkan dapat melahirkan varietas-varietas unggul gandum untuk dikembangkan atau dibudidayakan di tanah air. Mengingat sampai saat ini produksi gandum dalam negeri masih rendah, begitu juga dengan kualitasnya belum sebaik gandum impor.
"Rendahnya produksi dan kualitas gandum dalam negeri membuat impor gandum kita masih tinggi. Bogasari saja, impor gandumnya mencapai 4 juta ton per tahun. Sementara secara global, impor gandum Indonesia itu berkisar 7 juta ton per tahun," kata Public Relation Bogasari Rudianto Pangribuan, Senin (7/5/2018),, di Medan.
Menurutnya, impor gandum Indonesia itu berasal dari Kanada, Australia dan Amerika. Akan tetapi, untuk saat ini, India yang iklimnya tidak jauh beda dengan Indonesia juga sudah memproduksi gandum dalam jumlah besar. Bahkan, India termasuk negara eksportir yang mulai diperhitungkan.
"Kenapa India bisa dan kita tidak? Pemerintahnya melalui badan-badan riset serius melakukan penelitian menghasilkan varietas yang sesuai dengan iklim mereka," jelasnya.
Karena itulah, kata Rudianto yang didampingi Kepala Pemasaran Bogasari wilayah Sumut-Aceh, Sukri, pihaknya berharap hal yang sama juga dilakukan lembaga riset Indonesia.
"Bogasari sendiri sejak awal tahun 2000 lalu bekerja sama dengan beberapa universita,s seperti Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) telah menanam gandum di daerah Salatiga," jelasnya.
Namun, karena ditanam di daerah pegunungan kualitas gandum yang dihasilkan kurang bagus. Seperti warna butiran gandum yang dihasilkan agak kuning, sehingga ketika digiling atau dijadikan tepung terigu warnanya tidak terlalu putih. "Inilah kendala yang kami hadapi sampai sekarang," kata Rudianto.
Dikatakannya, gandum yang diimpor Bogasari masih dalam bentuk butiran. Gandum tersebut selanjutnya diolah menjadi tepung.
"Dan, Bogasari memiliki empat pabrik pengolahan gandum di Indonesia, yakni di Jakarta, Surabaya, Tangerang dan Cibitung (Bekasi)," ujarnya.
Terhadap kebutuhan tepung terigu di Sumatera Utara (Sumut), Sukri menambahkan, berkisar 28.000 ton per bulan.
"Itu hanya untuk Sumut saja belum termasuk Aceh. Konsumsi terigu Sumut tertinggi di Pulau Sumatera," kata Sukri.