Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mengalami tren pelemahan yang cukup panjang. Bayangkan saja dari posisi tertingginya di level 6.689 pada 19 Februari 2018 kini IHSG bertengger di level 5.700-an.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada memandang tren pelemahan IHSG lebih dikarenakan kepanikan pelaku pasar yang berlebihan. Penyebabnya beragam, mulai dari sentimen perang dagang AS vs China hingga dolar AS yang mengamuk lantaran sinyal kenaikan suku bunga The Fed.
"Pelaku pasar lebih ke panik berlebihan terutama terkait nilai tukar. Memang IHSG mengalami pelemahan ditambah berbagai sentimen hingga analisis yang membuat seolah-olah dolar bisa Rp 14 ribu. Itu yang membuat pasar panik berlebihan," tuturnya, Senin (7/5).
Kepanikan pasar pun semakin jadi, karena baik pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) seakan belum mengambil tindakan untuk meredam kenaikan dolar AS. Belum lama ini baru BI yang memberikan sinyal akan menaikan suku bunga acuan BI 7 days repo rate.
"Walaupun mungkin di balik layar pemerintah sudah siapkan strategi. Tapi yang terbaca masyarakat kok enggak kelihatan mau ngapain. Itu yang membuat pasar panik," tambahnya.
Meski begitu, Reza memprediksi IHSG minggu ini bisa memantul balik untuk menguat. Alasannya, jatuhnya IHSG membuat saham-saham unggulan LQ45 sudah sangat murah.
"Pekan ini sebenarnya potensi rebound harusnya ada, karena harga saham big cap sudah murah banget. Mulai dari perbankan, konsumer, tambang juga banyak yang sudah murah. Tapi karena pelaku pasar panik mereka wait and see dulu untuk menunggu sentimen," tuturnya.
Hingga siang hari ini IHSG naik 29,113 poin (0,50%) ke level 5.821,458. Indeks LQ45 naik 6,927 pin (0,68%) ke level 926,420. (dtf)