Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Partai Demokrat resmi mendukung Edy Rahmayadi - Musa Rajeckshah (Eramas) di Pilgub Sumut 2018. Dengan bergabungnya Partai Demokrat, maka membuat koalisi pendukung Eramas semakin gemuk. Pasangan ini memiliki kekuatan 74 kursi di DPRD Sumut, terdiri Partai Golkar (17 kursi), Partai Nasdem (5), PKS (9), Gerindra (13), PAN (6), Hanura (10) dan Demokrat (14)
Sementara, lawasan mereka, pasangan Djarot - Sihar (DJOSS) hanya didukung 3 partai politik dengan 23 kursi di DPRD Sumut, yakni PDI Perjuangan (16 kursi), PPP (4) dan PKPI (3).
Anggota Timses DJOSS, Sutrisno Pangaribuan menyebut pertarungan Eramas dan DJOSS seperti David melawan Goliat.
Kata dia, dengan bergabungnya Demokrat maka Eramas sepeti Goliat (koalisi gemuk). Sedangkan DJOS seperti David (koalisi ramping).
Meski begitu, Sutrisno malah menyebut timses DJOSS akan semakin terpacu dalam bekerja, khususnya dalam mencari simpati masyarakat.
"Kami tidak takut melawan koalisi gemuk, malah kami semakin terpacu dan tertantang untuk bekerja lebih keras," kata Sutrisno, Jumat (11/5/2018), menanggapi dukungan yang diberikan Partai Demokrat ke Eramas.
Anggota Fraksi PDIP DPRD Sumut ini mengucapkan selamat kepada Eramas karena mendapat tambahan dukungan dari parpol yang memiliki 14 kursi.
"Tentu dalam menentukan dukungan adalah hak setiap parpol, kami parpol koalisi DJOSS menghargai itu. Selamat bergabung partai Demokrat ke Eramas, semoga akur-akur," tuturnya.
Anggota DPRD Sumut ini lantas mencoba melihat dua Pilgub Sumut sebelumnya. Dimana, setiap Paslon yang diusung atau didukung mayoritas parpol malah keok alias kalah.
"(Pilgubsu) 2013 Gus Irawan - Sukirman mendapatkan dukungan mayoritas, yang menang malah Gatot- Erry. (Pilgubsu) 2008 ketika Syamsul Arifin - Gatot menang, juga diusung oleh parpol minoritas yang hanya melengkapi syarat minimal dukungan. Jadi, banyak atau tidak dukungan bukan sebuah jaminan," tegasnya.
"Yang memilih gubernur dan wakil gubernur ini merupakan masyarakat, bukan partai politik. Jadi banyak atau tidak sebuah dukungan, bukan sebuah jaminan," pungkasnya.