Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kian dekatnya hari-H pelaksanaan pemilihan Gubernur Sumatera Utara, yakni pada 27 Juni membuat tensi persaingan antara kedua pasangan calon Gubsu, yakni Edy Rahmayadi - Musa Rajekshah (Eramas) dan Djarot Saiful Hidayat - Sihar Sitorus (DJOSS) kian memanas. Begitu pula dengan para pendukungnya.
Dua pekan terakhir DJOSS diuntungkan dengan bergabungnya dua kelompok relawan dari kubu lawannya, yakni Madina Bersatu dari Kabupaten Mandailing Natal dan Global Eramas dari Kota Binjai serta Kabupaten Langkat.
Kabar terbaru, hari ini, Jumat (11/5/2018), Eramas yang mendapat dukungan besar. Secara resmi, sebagaimana diperlihatkan melalui tayangan video yang beredar luas, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan dukungannya di Pilgubsu kepada Eramas. Dengan demikian mereka mendapat dukungan super jumbo, yakni tujuh parpol. Sebelumnya sudah lebih dulu enam parpol menyatakan mendukung.
DJOSS hanya didukung dua parpol, yakni PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan.
Terhadap kenyataan tersebut, Koordinator Panggung Rakyat Re-Lawan '98, Konrad Helman Panjaitan, menyatakan DJOSS seharusnya mengoptimalkan kerja sama dengan kelompok- kelompok relawan demi menggalang dukungan rakyat sebanyak-banyaknya. Terutama di sisa waktu yang tinggal satu bulan.
Konrad menjelaskan, saat ini tercatat ada 300-an kelompok relawan pendukung DJOSS yang berada di bawah koordinasi posko di Jalan Cipto dan Jalan Hayam Wuruk. Dengan jumlah sebanyak itu, jika dikelola dengan baik, seharusnya tidak perlu keder atau takut akan banyaknya parpol yang mendukung lawan.
"Sayangnya saya melihat selama ini baik posko di Jalan Cipto maupun di Jalan Hayam Wuruk, keduanya seperti tak punya kemampuan mengelola atau memenej seluruh kelompok pendukung Djarot - Sihar. Tak pernah ada perencanaan bersama, evaluasi tak sekalipun pernah dilakukan dan berbagai kelemahan lainnya. Kelompok relawan DJOSS ibarat pasukan tanpa panglima," kata Konrad yang merupakan mantan aktivis kampus di Institut Teknologi Indonesia di Jakarta.
Seharusnya, tandasnya, seluruh kelompok relawan diklarifikasikan berdasarkan berbagai hal. Misalnya berdasarkan kelompok warga yang bergabung (misalnya mahasiswa atau wanita, keahlian (seperti cyber), wilayah dan sebagainya.
Selanjutnya, kelompok- kelompok pendukung tersebut didorong menjalankan program bersama guna menggalang dukungan. Secara berkala program mereka diukur progresnya dikaitkan dengan naik atau turunnya elektabilitas DJOSS. Semua program terukur dan efektivitasnya dapat dilihat.
Sekjend Re-Lawan '98, Barita Lumbanraja, menyatakan pengelola posko relawan di Jalan Cipto dan Jalan Hayam Wuruk seperti lepas tangan dari keharusan memenej atau mengelola kelompok relawan pendukung DJOSS. Tidak menunjukkan tanggung jawabnya. Mereka mewajibkan relawan mendaftar tetapi tidak dimanfaatkan secara sungguh-sungguh untuk memenangkan DJOSS.
"Titik lemah penggalangan dukungan ke DJOSS berada pada pengelola posko, di Jalan Cipto maupun Jalan Hayam Wuruk. Mereka tidak mau serta tidak mampu memenej para pendukung agar DJOSS mendapat dukungan warga Sumut Sebanyak-banyaknya," tegas Barita.