Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Satu ketika, Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu), Hj Nurhajizah Marpaung menghadiri rapat kabinet di Jakarta yang dipimpin Presiden Jokowi. Ia diperintahkan Gubsu HT Erry Nuradi untuk menyampaikan persoalan pembangunan di provinsi ini. Mengapa ia yang diperintahkan hadir, soalnya si bos berpikir tujuh kali untuk angkat tangan dan mengajukan pertanyaan atau menyampaikan permasalahan di rapat kabinet.
Seperti diketahui, pasca badai korupsi yang berlangsung secara massal atau berjamaah di Sumut, di bawah kepemimpinan mantan Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Provinsi Sumut kehilangan kepercayaan oleh pemerintah pusat. Akibatnya, bantuan pembiayaan pembangunan belum maksimal seperti diharapkan. Itulah alasannya Nurhajizah diutus Erry Nuradi menghadiri rapat kabinet di Jakarta.
Di rapat kabinet yang dihadiri para menteri dan sejumlah petinggi negara itu, Nurhajizah pun menyampaikan berbagai persoalan di Sumut yang merupakan kendala dalam melaksanakan pembangunan. Namun, sontak ia bersedih. Pasalnya, tiba-tiba Presiden mengajukan pertanyaan yang menusuk," Apa betul di Sumut itu semua urusan mesti memakai uang tuna?"
Cerita ini disampaikan Nurhajizah di hadapan puluhan peserta workshop sektor perkebunan kelapa sawit, di Hotel Grand Mercure, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan, Jumat (11/5/2018).
Menanggapi pertanyaan Presiden yang terasa menusuk itu, Nurhajizah kemudian memutar kembali dan menyampaikan kepada Presiden soal peristiwa maraknya kerusuhan massa di awal-awal reformasi, yakni pada Mei 1998. Waktu itu kerusuhan pertama kaii pecah di Kota Medan. Kemudian diikuti kota-kota lainnya di Indonesia, termasuk Solo dan Yogyakarta. Korban jiwa di kedua kota tersebut malah lebih besar daripada di Medan.
"Waktu saya jelaskan begitu, Presiden berkata O iya. Warga Medan itu walau keras dan kasar tetapi hatinya selembut salju," ungkapnya menjawab pertanyaan Jokowi.