Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Adiankoting. Pembangunan jalan nasional Tarutung – Sibolga mulai dikerjakan akhir Desember 2016. Konon ceritanya, jalan peninggalan penjajahan Belanda itu baru di masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo dibangun secara total. Kalau sebelumnya, diperbaiki hanya sepotong-sepotong dan hanya pekerjaan tambal sulam.
Warga Desa Dolok Nauli, Kecamatan Adiankoting, Tapanuli Utara (Taput), Bonar Sinaga (80), ditemui medanbisnisdaily.com, Sabtu (12/5/2018) menerangkan, jalan Tarutung – Sibolga adalah peninggalan penjajahan Belanda. Menurutnya,71 tahun Indonesia merdeka, baru di zaman Presiden Joko Widodo jalan itu dibangun keseluruhan.
“Seiring pertumbuhan penduduk dan kemajuan zaman, jalan itu memang tidak sangat layak lagi sebagai akses transportasi darat. Lebar badan jalan yang hanya sekitar 4 meter, tidak lagi memenuhi kenyamanan bagi pengguna jalan. Badan jalannya dominan tikungan yang mengikuti irama kaki gunung, menambah sulit bila berpapasan dengan mobil-mobil truk beroda 10 maupun mobil bus penumpang,” terang Bonar Sinaga.
Bonar Sinaga mengharap, masyarakat Tapanuli Raya layak untuk berbangga hati dan menerima pembangunan yang gencarkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pembangunan sarana insfrastruktur jalan adalah menjadi aset bagi anak-cucu bangsa untuk kehidupan yang lebih baik dan maju kedepannya.
“Kita berharap bagi kontraktor yang mengerjakan pembangunan jalan nasional Tarutung – Sibolga, agar benar-benar memperhatikan mutu dari pekerjaannya, tentunya, pekerjaan sesuai dengan teknis yang telah diatur oleh instansi yang membidangi kegiatan itu,”harap Bonar Sinaga.
Panitia Pelaksana Kegiatan (PPK) pembanguna jalan Nasional Tarutung – Sibolga, Saleh Harahap menjelaskan, keseluruhan total pembangunan jalan itu sepanjang 57,9 kilometer, dengan lebar banab jalan 7 meter. Pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap, menelan biaya sebesar Rp 298 miliar.
Saleh Harahap menjelaskan, kegiatan preservasi dan pelebaran jalan itu direncanakan selesai selama tiga tahun, yakni mulai 2017 hingga 2019. Perbaikan akan digelar bertahap sesuai plot dana, yakni tahap pertama sebesar Rp 60 miliar untuk panjang jalan sekitar 7 km, tahap kedua senilai Rp138 miliar untuk 25 km lebih serta tahap akhir berbiaya Rp100 miliar. Dan untuk sisanya, yang menggenapi total panjang jalan.
“Preservasi dan pelebaran jalan itu akan dilaksanakan dalam 1.080 hari kerja. Kontrak kerja telah dimulai 19 Desember 2016. Sosialisasi pembebasan lahan saat ini telah dilakukan oleh panitia dari pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan lintas instansi. Pihak Badan Pertanahan Nasional juga telah bekerja di lapangan,”sebut Saleh Harahap.
Tahapan pekerjaan, pungkas Saleh Harap, berjalan dengan baik. Salah satu tahapan pekerjaan, yakni pelebaran tebing. Cuaca hujan saat pelebaran tebing, kerap terjadi longsor. Untuk pekerjaan tetap berjalan dan agar pengguna jalan tidak terganggu, mengatasi longsor dilakukan cerujuk dan teknis lainnya. Dan tingginya intensitas hujan menjadi salahsatu faktor, terganggunya agregat kelokasi proyek.