Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara nomor urut 2, Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS) mengungguli pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dalam survei di media sosial yang dilakukan di website http://pilkada.org/survey/
Amatan media ini pada Minggu (13/5/2018) pukul 11.00 WIB, Djarot-Sihar dipilih oleh 53,6% responden sementara Edy-Musa meraih 46,4%. Para responden merupakan pengguna media sosial (Facebook).
Menanggapi hal ini, pegiat media sosial, Eko Marhaendy, menyatakan, keunggulan ini sebagai titik kulminasi dari menguatnya partisipasi “undecided voter” yang mulai memberikan keputusan.
“Netizen itu kan bisa diklasifikasikan sebagai ‘pemilih cerdas,’ meski tidak bisa digeneralisir. Mereka lebih berpeluang melakukan analisa dan perbandingan karena banyak membaca dan menerima informasi,” kata Eko.
Berkaca pada Debat Publik Pilgub Sumut gelombang pertama dan kedua, kata Eko, netizen melihat ada perbedaan signifikan antar Paslon. Pada debat pertama, Edy-Musa ingin mempertahankan tatanan Pemerintahan Sumut yang sudah ada, sementata Djarot-Sihar ingin melakukan perubahan sehingga urusan mudah dan transparan. Kondisi itu yang dipandang netizen bahwa Djarot-Sihar lebih membawa harapan baru dibanding Edy-Musa" jelas Eko.
“Hasil survei beberapa bulan sebelumnya elektabilitas Djarot-Sihar masih berada di bawah Edi-Ijeck. Situasi itulah yang mendorong undecided voter (netizen) mengambil keputusan yang mempengaruhi peningkatan elektabilitas Djarot-Sihar” pungkasnya.
Sebelumnya, 4 lembaga survei yang melakukan survei elektablitas calon Gubsu memperlihatkan bahwa elektabilitas Djarot-Sihar terus mengalami peningkatan.
Hal ini berbeda dengan elektabilitas pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, yang sejak April cenderung mulai menunjukkan tren negatif. Dalam survei yang diumumkan lembaga riset PRC, elektabilitas DJOSS berada di angka 38,4%. Selisih 10,3% dengan ERAMAS yang berada di angka 48,7%.
Dan yang paling akhir hasil survei dari lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang diekspos oleh perwakilannya, Ade Mulyana, pada 27 April 2018, selisihnya ERAMAS vs Djarot-Sihar hanya tinggal 10%.
Hal ini sudah diprediksi sebelumnya oleh pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara, Dadang Darmawan yang mengatakan, ektabilitas Edy Rahmayadi, yang tinggi sejak awal kini tidak kelihatan lagi.
"Karena, Djarot berhasil mengidentifikasi kelemahan yang ada pada mereka. Dan adanya faktor eksternal yang turut mempengaruhi suara Djarot, yakni Relawan Jokowi," kata Dadang, Jumat (20/4/2018).
Lebih jauh lagi, menurut Dadang, pasangan ERAMAS seperti tidak punya strategi lain selain strategi agama.
"Jadi mereka kehilangan variabel-variabel pengaruh yang lain. Jadi hanya satu variabel saja yang dominan. Dan itu, seolah-olah kalau menurut yang kita lihat, terjebak pada opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat, bahwa satu-satunya cara agar ERAMAS bisa menang adalah dengan isu agama," ujarnya.