Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sudah menjadi ritual yang sakral membakar rumah-rumahan pada penutupan sembahyang cengbeng. Rumah-rumahan itu dipercaya untuk arwah yang tak memiliki rumah semasa hidupnya (orang miskin).
Pemandangan ini tampak ketika Yayasan Budi Luhur melaksanakan ritual sembahyang penutup atau puncak kegiatan cengbeng (sembahyang kubur) di Kompleks Pekuburan Tionghoa Yayasan Budi Luhur, Kedai Durian, Senin (14/5/2018). Ritual sembahyang penutupan cengbeng juga dihadiri puluhan warga masyarakat Tionghoa dan warga di sekitar yayasan.
Sembahyang penutupan cengbeng itu ditandai pemasangan puluhan batang hio, lilin.
Ada juga makanan persembahan berupa buah-buahan, kue serta lauk pauk berupa daging dan sebagainya. Makanan tersebut sebagai persembahan kepada para leluhur yang turun ke bumi dan selanjutnya akan dikembalikan ke tempat asalnya.
“Ritual penutup sembahyang cengbeng ini sebagai penutup kunci yang sebelumnya kunci gembok tersebut telah dibuka pada saat mengawali sembahyang atau ziarah kubur ( cengbeng) 25 Maret sampai 5 April 2018 sehingga arwah para leluhur bisa leluasa turun ke bumi.
"Ritual ini sebagai salah satu bentuk kepercayaan dan kepedulian mereka yang masih hidup terhadap para leluhur yang sudah meninggal. Dengan memberikan sajian berupa makanan, diyakini hidup kita akan selalu sehat dan mendapat rejeki yang berlimpah,” kata Ketua Yayasan Budi Luhur Harun kepada wartawan.
Penutupan sembahyang cengbeng itu juga diwarnai pemberian bantuan berupa beras kepada warga masyarakat sekitar yang kurang mampu serta para anak yatim.
Bantuan beras itu diberikan para donatur Yasmin Jakarta 5 ton, Mujur Timber 2 ton, Golgon atau Acong 1 ton, Achan 1 ton, anghibing 1 ton, aseng pratama setengah ton. Selanjutnya John, Siswanto Tam, Muk Long Djakim 1 ton dan orong-orong 41 sebanyak 200 Kg.
“Bantuan ini kita utamakan warga sekitar pekuburan dan anak yatim. Setelah itu baru kita berikan kepada warga kurang mampu di luar lingkungan pekuburan,” jelasnya.
Sembahyang penutupan cengbeng ini berlangsung semarak dimana ratusan hio besar terlihat di jalan dan seputar lokasi sembahyang. Hal ini juga terlihat dengan pembakaran persembahan berapa reflika rumah dan uang yang disaksikan keluarga besar yayasan Budi Luhur dan warga sekitar. “Uang kertasnya terbang sangat tinggi, itu pertanda yang baik dari leluhur,” sebut Harun.
Diakhir ritual, Harun dan anggota yayaysan lainnya juga membagikan uang kepada anak-anak warga sekitar pekuburan Tionghoa yang sudah sejak pagi memadati areal pekuburan yang telah menjadi tradisi disaat sembahyang penutupan cengbeng.