Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Surabaya. Tim Densus 88 berhasil melumpuhkan dua terduga teroris sebelum melakukan aksinya. Keduanya adalah Anton Ferdiantono dan Budi Satrijo. Anton ditembak mati di rusunawa Wonocolo sedangkan Budi Satrijo dilumpuhkan di rumahnya, Perum Puri Maharani Sidoarjo.
Keduanya dipastikan merupakan alumni Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Hal ini diungkapkan Rektor ITS, Joni Hermana, Selasa (15/5/2018).
Joni menceritakan Anton Ferdiantono merupakan mahasiswa D3 Teknik Elektro angkatan tahun 1991, namun Anton tidak menyelesaikan tanggung jawab kuliahnya setelah setahun menjadi mahasiswa ITS.
"Cuma setahun Anton Ferdiantono ini menjadi mahasiswa kemudian statusnya tidak diketahui lagi. Tentunya hal ini berarti beliau ini tidak bisa dikatakan alumni ITS," tegas Joni.
Anton tercatat sebagai mahasiswa D3 Teknik dengan nomor mahasiswa 2912240061. Setelah keluar dari ITS, pihak kampus mengaku tidak tahu status pendidikan pria yang lahir di Surabaya pada tanggal 25 Juni 1972 itu selanjutnya.
Namun berbeda dengan Anton, Budi diketahui pernah menyelesaikan kuliah di ITS. Joni mengungkapkan, Budi merupakan alumnus Teknik Kimia angkatan tahun 1988 dan lulus di tahun 1996.
"Berbeda, kalau yang ini bisa menyelesaikan kuliahnya di tahun 1996 dan sama seperti mahasiswa normal, beliau juga aktif kegiatan mahasiswa," ungkap Joni.
Dijelaskan Joni, selama studi, yang bersangkutan juga tidak memperlihatkan tanda-tanda mencurigakan, bahkan aktif dalam kegiatan wirausaha.
Akan tetapi karena keduanya terhitung sebagai mahasiswa lama, maka aktivitas keduanya sudah tidak dapat dikaitkan dengan ITS lagi.
"Keduanya kan memang mantan mahasiswa dan sudah lama sekali, tentunya apa yang dilakukan mereka tidak bisa dikaitkan dengan mahasiswa zaman now di ITS dong yang keren keren atas apa yang mereka lakukan di luar sana," canda Joni di tengah konferensi pers.
Joni pun meminta agar tidak mengaitkan tindakan terorisme yang dilakukan kedua pihak dengan ITS karena selama ini ITS tidak pernah mengajarkan hal-hal berbau terorisme kepada mahasiswanya. Kampus ini juga mendukung upaya pemerintah dalam memberantas terorisme.
Dalam kesempatan yang sama, Joni mengungkapkan kekecewaannya karena tiga dosen yang dikabarkan memiliki keterkaitan dengan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dipecat.
Menurut Joni, kabar itu salah besar karena ketiganya tidak dipecat dan masih mengajar hingga saat ini."Bukan dipecat ya, saya tegaskan ini, hanya diberhentikan sementara dari jabatan PNS oleh kementrian. Ketiganya ini masih terus mengajar sambil menunggu hasil akhir putusan proses pemeriksaan," tegasnya. (dtc)