Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Orang Batak di Papua kurang lebih sudah ada 2 generasi. Hal itu dikatakan mantan Ephorus HKBP, Pdt WTP Simarmata, saat acara mameakhon batu ojahan (pelatakan batu alas) Gereja HKBP Jayapura, di Kota Jayapura, Papua pada 2014 silam.
Puncak acara itu dihadiri kurang lebih 1000-an orang Batak yang ada di Papua, Jayapura khususnya. Pada 2014 (kemungkinan sampai kini) Gereja HKBP Jayapura adalah satu-satunya yang ada di Jayapura konon juga di Papua.
Hal itu juga diakui Maruntung Sihombing, seorang guru yang telah 5 tahun mengajar di Kabupaten Lanny Jaya, Papua. Setahunya, tidak ada gereja Batak di sepanjang Pegunungan Tengah Papua.
"Yang ada Gereja Baptis Papua, Gereja GKI dan Gereja GIDI," katanya pada medanbisnisdaily.com, Minggu (20/5/2018).
Sebagai perantau, eksistensi orang Batak di Papua memang terbilang mencolok. Hal itu salah satunya dikarenakan kekompakannya yang kuat. Pekerjaan, status sosial dan ekonomi mereka pada umumnya cukup baik dibanding perantau lainnya (Jawa, Kalimantan, Ambon, Makassar).
Sebagian besar berstatus sebagai ASN. Baik guru, aparat (polisi dan tentara). Ada juga dokter, politisi dan mahasiswa. Di Bumi Cenderawasih itu, mereka membentuk perkumpulan Batak. Tercatat ada Ikatan Keluarga Batak (IKB), Kerukunan Masyarakat Batak (KMB) dan juga kelompok berdasarkan kumpulan marga dan organisasi kemahasiswaan.Banyak pula yang bekerja di perusahaan bergengsi dan sejumlah BUMN. Bahkan ada yang menduduki jabatan di pemerintahan.
Dikatakan Maruntung, di Kabupaten Lanny Jaya saja banyak orang Batak yang menjabat kepala bidang. Di Kabupaten Tolikara, malah Sekdanya pernah dijabat marga Panjaitan.
Tercatat Pangdam XVII Cenderawasih juga pernah dijabat orang Batak yakni Mayjen Hinsa Siburian (2015-2017). Hinsa menggantikan Pangdam sebelumnya yang juga orang Batak, Mayjen Hansen G Siahaan.
Kesolidan orang Batak di Papua juga diakui Leonard Siahaan, yang pernah tinggal dua tahun di Jayapura. "Di Papua hampir tidak ada orang Batak yang dibiarkan menganggur. Orang-orang Batak di sana akan berlomba-lomba mencari pekerjaan untuknya," kata Leo.
Eksistensi Orang Batak di Papua dalam beberapa tahun terakhir ini pun semakin menguat. Jika sebelumnya "ekspansi" nya ke Jayapura, ibukota provinsi, sekarang mereka juga "merangsek" sampai ke pedalaman-pedalaman Papua.
Pada umumnya mereka adalah para pendidik, baik yang ikut program sarjana mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM- 3T) maupun yang diutus sejumlah lembaga. Dikatakan Maruntung, jumlah guru orang Batak (Simalungun, Toba, Karo) di Kabupaten Lanny Jaya saja mencapai 50-an orang.
"Ada sejumlah lembaga yang kutahu mengutus mereka. Antara lain, Yayasan Indonesia Cerdas, Surya Institut, Lembaga Hadasah, Lembaga Alirena dan sebagainya," jelas Maruntung.
Di Papua ini setiap orang Batak tergabung dalam Ikatan Keluarga Batak (IKB). Jadi kalau di Lanny Jaya disebut IKB Lanny Jaya (IKB-LJ).
Disinggung soal interaksi dengan pend uduk lokal, Maruntung mengaku harus pintar-pintar bergaul. Mereka (orang Papua-red) sebut pendatang "si rambut lurus". Tapi biasanya kalau sama guru mereka sangat hormat.