Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pasca penetapan mantan Bupati Tapanuli Tengah, Bonaran Situmeang sebagai tersangka kasus penipuan dan penggelapan dana calon pegawai negeri sipil (CPNS) sebesar Rp 3,5 miliar, Polda Sumut didesak agar segera mengungkapkan para pelaku lainnya.
Sebagai tersangka, disebutkan Bonaran menjalankan tindak penipuannya melalui sebuah jaringan. Dalam hal ini terdapat nama-nama lain yang terlibat. Itu sebabnya Poldasu diminta segera membeberkan secara terbuka.
Ketua Dewan Pembina Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Tapanuli Tengah (APMATT), Saddam Hussein Simatupang, menjelaskan dalam pernyataannya kepada medanbisnisdaily.com, Senin ( 21/5/2018). APMATT mengapresiasi sikap Poldasu yang cukup cepat memproses pengaduan tersebut.
"Saya meminta Poldasu agar segera mengungkap pihak-pihak lain yang terlibat dalam perkara penipuan itu. APMATT tidak ingin mereka lepas dari jerat hukum tetapi harus mempertanggungkannya, " tegas Saddam.
APMATT, ujarnya, siap mengawal pengusutan kasus penipuan dan penggelapan oleh Bonaran Cs sampai tuntas. Para korban diharapkan bersedia mengungkapkan pihak-pihak lain yang terlibat.
Sedangkan kepada Pemkab Tapteng yang dipimpin Bupati Bachtiar Sibarani, sebaiknya membantu para korban menyelesaikan perkara penipuan yang mendera mereka. Hal itu untuk menegaskan komitmen Bupati membersihkan praktik-praktik pungli di Tapteng.
Sebelumnya, Kabid Humas Poldasu, AKBP Tatan Dirsan Atmadja kepada media pekan lalu, mengatakan, Bonaran berdasarkan pengaduan para korban yang dijanjikan akan diangkat menjadi PNS, telah ditetapkan menjadi tersangka.
Bonaran disangkakan melanggar pasal 372 dan pasal 378 KUH Pidana. Dengan memberikan uang sebesar Rp 150 juta hingga 200 juta (2013) para korban dijanjikan akan ditetapkan menjadi PNS. Akan tetapi ternyata tidak benar karena Bonaran kemudian ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi akibat terlibat kasus penyuapan kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mukhtar.
Akan tetapi, Tatan belum bersedia mengungkapkan nama-nama lain yang terlibat.