Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Salah satu hal menarik di Jurusan Sastra China Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU, adalah kebiasaan mahasiswanya untuk memiliki nama/identitas lainnya yang "berasa" China sebagai nama lain mereka.
"Itu tidak dipaksa. Semacam tradisi aja. Cuma memang kalau pas ujian TOEFL, nama itu penting. Kalau aku namaku tetap, marga aja yang jadi Chen," kata seorang mahasiswi Sastra China FIB USU, Alya Chen kepada medanbisnisdaily.com, Senin (21/5/2018), di Kampus USU, Padang Bulan, Medan.
Di jaket almamater yang ia kenakan tertulis Alya Chen. Padahal aslinya ia Nasution.
Ditambahkannya, jurusan Sastra China memang tidak sepopuler dengan jurusan lain, seperti jurusan di Fakultas Kodekteran. Setiap tahun mahasiswanya juga rata-rata satu kelas (35-40) orang. Namun baginya, bukan berarti jurusan itu tidak menarik untuk dimasuki.
Kata Alya, Sastra China merupakan jurusan pilihan utamanya. "Di sini (jurusan Sastra China-red) kami mempelajari banyak hal tentang China. Mulai dari aksara, bahasa, seni dan budaya. Kami enjoy di jurusan ini. Jadi tahu semua hal tentang China, lanjutnya.
Disinggung soal prospek pekerjaan, Alya mengaku sama saja dengan jurusan lain. Alumni Sastra China banyak bekerja di perusahaan, guru maupun dosen.
"Kalau mau jadi dosen harus kuliah lagi. Biasanya langsung ke Guangzhou. Ada yang beasiswa dari kampus ada juga yang biaya sendiri. Seniorku banyak yang jadi dosen kami sepulang dari Guangzhou," kata Alya.