Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Presiden Joko Widodo cerita soal tudingan antek Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dialamatkan ke dirinya. Dia membantah keras tuduhan tersebut.
Hal itu disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah wakaf di Masjid Farid Arrohman, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Kamis (24/5/2018). Penyerahan sertifikat itu dilakukan di ruang masjid usai Jokowi melaksanakan salat zuhur.
Di hadapan para jemaah masjid dan penerima sertifikat wakaf, Jokowi mengatakan dirinya memang perlu untuk blak-blakan mengenai tudingan itu. Sebab jika tidak, maka isu itu akan terus menyerangnya.
"Memang ini saya sampaikan di mana-mana, menyangkut isu-isu yang langsung menuju ke saya. Langsung saya jawab, yang berkaitan dengan PKI. Saya harus blak-blakan, kalau tidak nanti isunya muncul lagi," kata Jokowi.
Jokowi juga cerita, dirinya pernah ditanyai langsung oleh salah seorang kyai pemimpin pondok pesantren mengenai tudingan tersebut. Kyai itu hendak mencari tahu kebenarannya alias tabayun langsung ke Jokowi.
"Pernah saya datang ke sebuah pondok pesantren, Pak Kiainya bisik-bisik ke saya minta bicara empat mata. Lah saya kaget, ada apa ini? Tapi saya yakin pasti bicara soal isu tersebut. Dan benar, beliau memohon klarifikasi, tabayun mengenai tuduhan PKI itu. Ya saya jelaskan," katanya.
Jokowi pun menganggap isu itu dialamatkan ke dirinya atas motif politik. "Jadi yang namanya politik itu jahatnya ya seperti itu," katanya.
Jokowi pun menegaskan, tidak mungkin dirinya adalah seorang angota PKI. Partai terlarang itu saja dibubarkan pada tahun 1966, sementara dirinya lahir tahun 1961. "Masa ada yang namanya PKI balita?" kata Jokowi.
Jokowi juga mengatakan, sangat mudah sekali untuk mencari tahu silsilah keturunan keluarga. Terlebih, kata Jokowi, di Solo banyak sekali ormas-ormas Islam yang bisa mencari tahu silslah Jokowi dengan cepat dan mudah.
"Saya ini kan dari kampung, gampang sekali ngeceknya. NU, Muhammadiyah, Parmusi, ada cabang di Solo. Tanya saja di masjid dekat rumah orang tua saya, gampang sekali siapa kakek-nenek dan ibu-bapak saya. Nggak ada yang bisa ditutupi," katanya.
"Tapi kalau isu itu terus diproduksi, ya saya harus jawab. Supaya tidak berkembang terus. Saya nggak mau. Jangan sampai gampang curiga, gampang berprasangka jelek," imbuhnya.
Dia juga mengatakan, masyarakat tidak mudah termakan isu-isu yang belum jelas kebenarannya di media sosial. Sebab media sosial berbeda dengan koran atau TV yang memiliki saringan dalam penyiarannya.
"Kalau koran itu ada redakturnya. Kalau TV ada redaktur yang nyaring. Kalau medsos setiap orang bisa mengunggah. Tolong diklarifikasi, tolong ditanyakan ke yang lain sehingga ada penyaringan. Hati-hati yang namanya medsos banyak negatifnya dari pada positifnya, banyak kabar bohong dari yang benarnya. Banyak omongan yang dipotong. Kalau kita percaya bisa keliru kita," jelasnya.dtc