Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta - Artidjo Alkostar miris melihat koruptor merasa tak bersalah saat disorot media. Menurutnya, koruptor seharusnya meminta maaf, bukan melambaikan tangan saat disorot media.
"Ini koruptor seperti apa ini menghina rakyat Indonesia. Pada cengengesan, pada lambaikan tangan. Itu kan seharusnya dia prihatin dan minta maaf kepada rakyat Indonesia begitu," katanya di Media Center Mahkamah Agung, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (25/5).
"Di Indonesia terbalik, cengegesan lambaikan anu, lalu seenaknya seperti orang nggak bersalah. Ini yang saya kira perlu diapakan mungkin dari budaya juga ya bangsa kita ini. Kalau orang disebut aja korupsi di Korea atau mana, banyak bunuh diri. Di kita nggak malah tambah cengengesan," sambungnya.
Artidjo mengakui, selama menjadi hakim agung, dirinya kerap kali digoda dengan suap. Dia mengatakan, setiap kali dirinya disodorkan uang suang, Artidjo merasa terhina.
"Saya marah betul. Ini apa saudara ini, saudara menghina saya. Lalu pernah saya dikirimi, dikirimi cek di foto kopi. 'Pak Artidjo nomor berapa rekeningnya Pak Artidjo'. Tidak saya baca berapa jumlahnya, pokoknya saya jawab kepada dia. Saya terhina dengan surat-surat Anda itu," tuturnya.
Untuk menjaga independensinya, selama menjadi hakim Artidjo dikenal sebagai orang yang sulit ditemui. Hal itu sengaja dilakukan agar tidak berkawan dengan orang yang berpotensi berperkara.
"Kalau pertemanan sulit ditemui, memang saya siap untuk tidak berkawan. Kalau dulu saya jadi advokat tentu cari banyak kawan. Tapi setelah jadi hakim saya siap tidak berkawan dengan siapa saja, orang paling dekat dengan saya pun tidak saya temui," katanya.
"Jadi saya memang jarang bergaul dengan orang yang berpotensi orang yang berpekara termasuk pengacara. Dibatasi, meski habitat saya pengacara. Tentu saya diundang ke organisasi saya tolak," sambung Artidjo.(dtc)