Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Desa Temajuk berada di ujung utara Kalimantan Barat, dekat dengan perbatasan Camar Bulan menuju Malaysia yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 15 menit. Rupa-rupanya, jarak yang dekat ini malah membuat warga negara tetangga lebih memilih berobat ke Temajuk.
Alasannya diutarakan oleh Juraini, kepala puskesmas Temajuk, yang menyebut bahwa klinik mereka di kecamatan lebih jauh ketimbang jarak ke Temajuk. Kurang lebih satu jam harus mereka tempuh untuk berobat di kecamatannya sendiri.
"Biasanya dalam satu hari satu. Kalau mereka itu biasanya banyak ke dokter. Kita terima, karena kemarin kan dari Malaysia juga sudah ada. Kalau melakukan persalinan kan tidak bisa dibawa, ya biasa kami nolong. Ndak sempat dibawa ke kliniknya ya dibawa ke sini," terang bidan yang telah berada di Temajuk selama 23 tahun tersebut, Sabtu (26/5).
Kebanyakan penyakit yang mereka keluhkan masih penyakit biasa, seperti batuk, demam dan pilek, belum ada penyakit yang parah. Di luar itu, kadang Juraini kerap menerima mereka untuk persalinan atau pemasangan alat kontrasepsi.
"Itu ndak banyak (yang melahirkan), paling setahun dua. Masang alat kontrasepsi pun mereka ke sini. Kemarin kan dua minggu lalu ada pemasangan implan MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), masang di kita di sini," lanjutnya lagi.
Juraini menyebut ada dua pasien umum di tahun 2016, dua orang di tahun 2017, tetapi di tahun ini saja ia sudah menerima hampir sekitar 10-11 pasien Malaysia. Untuk kelahiran, Juraini mengatakan ada kesepakatan tersendiri sejak tahun 1996 oleh kepala Dinas Kesehatan Sumardi saat itu untuk tidak mencantumkan Temajuk sebagai tempat lahir jika ada warga Malaysia yang melahirkan di sana.
Begitu juga dengan warga Temajuk yang dibantu melahirkan di sana (karena banyak warga Temajuk yang juga bekerja di Malaysia), tidak boleh mencantumkan Malaysia sebagai tempat lahir. Sebagai penolong persalinan, tenaga kesehatan hanya dapat memberikan surat bantu lahir sebagai keterangan saja, imbuh Juraini.
"Dia semua yang ngurusin, kita hanya nolong aja. Percaya mereka, kan gini ya ada tanggal taksiran, dari seminggu sebelum taksiran mereka sudah siap untuk melahirkan, itulah yang jadi masalahnya. Kemungkinan di perjalanan udah lahir, jadi mau ndak mau kan kita harus nolong," kata wanita yang berasal dari Kab. Tebas ini.
Walau menerima pasien beda negara, Juraini mengaku tak ada kendala di bahasa dan uang pembayaran. Karena bahasa tidak terlalu beda (menggunakan bahasa Melayu) dan kadang uang ringgit mereka juga bisa ditukarkan.
Puskesmas Temajuk menjadi salah satu dari 124 puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan di Indonesia yang mendapat bantuan untuk perbaikan dan pembangunan lewat program yang dicanangkan Kementerian Kesehatan RI. Sejak dijalankan pada September 2017 lalu, sejumlah 84 puskesmas telah selesai dibangun. (dtc)