Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Italia tengah mengalami krisis politik. Perekonomian Italia pun mulai bergejolak dan dampaknya mulai terasa di pasar keuangan global.
Penyebabnya Italia akan menggelar pemilu akhir pekan ini. Jika partai oposisi menang, maka Italia berpotensi keluar dari Uni Eropa, seperti yang dilakukan Inggris.
Dari situ muncul istilah 'Italexit' dan 'Quitaly'. Dipercaya imbasnya akan lebih buruk dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa Brexit. Lalu bagaimana dampaknya ke ekonomi RI?
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan ada dua risiko yang dampaknya terasa ke Indonesia yakni jalur perdagangan dan keuangan.
Pada 2017 total perdagangan Indonesia dengan Italia mencapai US$ 3,5 miliar. Namun sepanjang 2013-2017 trennya terus menurun sebesar -4,68%.
"Kondisi politik dan resiko krisis Italia bisa menurunkan kinerja ekspor non migas dan menekan surplus perdagangan Indonesia ke Italia. Padahal potensi pasar Italia cukup besar salah satunya produk berbahan dasar kulit, pakaian jadi, kerajinan," terangnya, Kamis (31/5).
Sementara dari sisi keuangan, gejolak ekonomi di Italia akan membuat investor cenderung menghindari pasar surat utang maupun pasar saham Eropa. Dampaknya mulai terlihat dengan naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Italia.
"Investor eropa memilih instrumen keuangan yang relatif aman bisa beli dolar AS, treasury bond, atau emas," tambahnya.
Berpindahnya dana asing dari Eropa ke Amerika Serikat (AS) akan membuat dolar AS kembali menguat. Efeknya rupiah akan kembali tertekan.
"Respons suku bunga acuan The Fed juga menjadi sulit ditebak akibat kondisi di Eropa," ujarnya. (dtf)