Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Sejumlah kelompok masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Kerja Bakti Demi Negeri mengadakan buka bersama di Gereja Kathedral. Acara ini digelar dalam semangat persatuan usai teror bom di Gereja Surabaya.
Acara ini dihadiri Jaringan Gusdurian, PBNU, MUI, Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan anggota komunitas lainnya. Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alisa Wahid mengatakan tujuan dari acara buka bersama ini untuk menunjukkan semangat saling berbagi dan solidaritas.
"Di sini tidak ada tokoh dan tidak ada yang ditokohkan dalam gerakan ini, artinya gerakan milik rakyat, tidak ada agenda politik apapun. Artinya memang banyak orang yang ingin bekerja untuk negeri ini, banyak orang yang ingin damai, banyak orang yang tidak ingin ada sekat agama yang memisahkan dan menginginkan kebaikan untuk negeri ini," kata Alisa di Aula Gereja Kathedral, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (1/6/2018).
Alisa menambahkan kebetulan acara buka bersama ini digelar pada 1 Juni yang merupakan hari peringatan Kelahiran Pancasila. Dia pun mengajak semua pihak agar terus bersatu agar tidak mudah dipecah belah.
Senada dengan Alisa, Romo Paroki Gereja Kathedral Romo Hani Rudi Hartoko mengapresiasi kehadiran Komunitas Kerja Bakti Demi Negeri untuk buka bersama. Romo Hani berharap semangat itu akan menyebar ke masyarakat lainnya.
"Peristiwa ini menarik karena judulnya komunitas kerja bakti demi negeri, karena saya kira istilah yang sudah ada hidup di negeri kita, kerja bakti, saling bekerja sama, gotong royong. Namun sekarang ini sudah mulai luntur semangat kerja bakti tersebut. Maka saya sangat mengapresiasi dan saya setuju untuk merevitalisasi kerja bakti ini," ujar Hani.
Acara buka bersama ini juga diawali dengan pemutaran video yang bertema keberagaman. Sebelum berbuka puasa umat muslim juga diajak untuk berkeliling melihat bangunan Gereja Kathedral.
Hani memimpin tour tersebut, beberapa kali terlihat para peserta asyik mengabadikan momen dengan ponsel mereka. Ada juga yang terlihat menyimak penjelasan Hani sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Salah satu peserta Haryono Djojodiharjo dari Komunitas Berbudaya Wirausaha mengaku terkesan dengan acara tersebut. Haryono mengenang saat masa bersekolah di mana dia merasakan toleransi yang sangat erat.
"Ini mengingatkan kembali dulu kita itu sangat toleran, sangat baik, cuma sekarang ini ada transformasi budaya yang salah, harusnya kita makin sempurna karena budaya itu, tapi ini malah sebaliknya. Tentu ini harus berlanjut, kita harus tetap punya. Jadi agama itu adalah komparatif study, suatu pilihan, bukan hal yang dipaksakan," ujarnya.
Usai berkeliling, para tamu kemudian diajak ke aula gereja untuk berbuka puasa bersama. Mereka duduk lesehan dan membentuk lingkaran. Suasana akrab terasa saat mereka saling berbincang dan makan bersama. Salah satu ruangan aula juga disediakan sebagai ruangan salat, para tamu dipersilakan menunaikan salat magrib di ruangan tersebut.
"Terima kasih atas semua pihak yang membantu, teeutama pengelola Kathedral yang tiba-tiba digeruduk orang segini banyak dengan persiapan seadanya. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah hadir dan menyumbangkan apapun khususnya menyumbang semangat untuk menjadi langkah awal kita menjaga Indonesia tetap jaya tetap merdeka dan tetap ber-Pancasila," pungkas Alisa. (dtc)