Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Film Bumi Manusia yang sedang digarap sutradara Hanung Bramantyo dari novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, terus menuai pro kontra. Sebagian yang kontra adalah para sastrawan. Termasuk sejumlah sastrawan di Sumatera Utara.
Budi Hutasuhut kepada medanbisnisdaily.com, Senin (4/6/2018), mengatakan, sah saja Hanung mengambil satu sisi dari Bumi Manusia. Misalnya semata soal kisah cinta. Tapi jangan teriak hanya itu isi Bumi Manusia. Karya sastra sedahsyat Bumi Manusia memang tidak akan bisa utuh dipindahkan ke film.
"Ambil contoh Dr. Zhivago. Ada banyak versi filmnya. Bahkan film dengan tokoh Yuri juga muncul seakan akan tidak ada kaitannya dengan Dr. Zhivago. Namun intinya, Hanung tak usahlah teriak kalau tafsirnya paling oke," kata Budi.
Tak jauh dengan Budi, pegiat sastra dan film Juhendri Chaniago, berpendapat banyak film indah bertemakan tentang cinta, tapi bukan berarti cinta-cintaan. Apalagi sekadar cinta-cintaan yang mengharubiru berlebay-lebayan.
Pendapat sama juga dilontarkan Syafrizal Sahrun. Sastrawan yang juga pendidik ini berharap nantinya ada film tandingan dari kelompok masyarakat yang kontra dengan garapan Hanung.
Seperti diketahui, polemik film Bumi Manusia muncul karena Hanung dalam pernyataannya di media beberapa waktu lalu menyebut, Bumi Manusia hanyalah soal cinta. Para sastrawan di berbagai daerah mengkhawatirkan Bumi Manusia yang kabarnya menghabiskan anggaran Rp 4 milyar untuk biayai setting kota itu, akan sama dengan film-film Hanung yang dinilai melulu soal cinta-cintaan.
Padahal novel ini dalam dunia sastra tanah air, dinilai novel paling berkualitas yang pernah ada di Indonesia. Banyak hal yang diulas di novel itu. Seperti Feodalisme Jawa, Nasionalisme dan Humanisme. Karena novel ini pula yang turut menghantarkan Pramoedya terpilih beberapa kali menjadi nominator nobel sastra, penghargaan sastra paling bergengsi di jagad ini.