Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Sumatera Utara (Sumut), Marino mengusulkan rencana penambahan Brigade Proteksi Tanaman khusus di Kepulauan Nias dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut.
"Kita berharap usulan itu disetujui oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut dengan anggaran yang ditampung di APBD Sumut tahun 2019," kata Marino, Selasa (5/6/2018), di Medan.
Brigade proteksi tanaman, menurut Marino, bertugas mengendalikan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman padi petani.
Di mana jumlah brigade proteksi tanaman yang ada selama ini masih ada lima yang tersebar di lima kabupaten, yakni Brigade Deliserdang, Simalungun, Asahan, Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Tapanuli Tengah (Tapteng).
"Satu brigade menangani beberapa daerah termasuk Kepulauan Nias berada di bawah brigade Tapteng dan Tobasa di bawah brigade Simalungun. Dengan jarak yang terlalu jauh, penanganan serangan OPT (bila terjadi) tidak dapat dilakukan atau dikendalikan secepat mungkin terutama Nias yang harus nyeberang laut," jelasnya.
Sementara serangan OPT harus segera dikendalikan, tidak bisa ditunggu lama karena itu dapat membuat tanaman gagal panen.
Alasan itulah kata Marino, pihaknya mengusulkan penambahan brigade untuk Kepulauan Nias dan Tobasa ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut.
Selaian penambahan brigade lanjut Marino, pihaknya juga mengusulkan penambahan laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (PHP) tahun 2019 ke Dinas TPH Sumut untuk Kabupaten Karo dan Tobasa.
Penambahan laboratorium PHP ini menurut dia, untuk menambah jumlah lab yang ada selama ini sebanyak empat unit dan satu unit lab pestisida.
Keempat lab PHP yang ada selama ini yakni Laboratorium Medan Johor, Laboratorium Tanjungmorawa, Laboratorium Pematang Kerasaan (Simalungun) dan Laboratorium Padang Balangkan (Padangsidimpuan).
Sedangkan lab pestisida hanya ada di Medan. "Jumlah lab PHP yang terbatas ini juga menjadi kendala dalam mengendalikan OPT secepat mungkin bila terjadi serangan. Karena sampel OPT yang diambil di lapangan atau di daerah serangan harus diuji dulu di laboratorium kita. Sementara jarak yang jauh membuat penanganan yang dilakukan terkadang menjadi lambat," jelas Marino.
Dijelaskannya, brigade proteksi tanaman berada di bawah komando Kepala Laboratorium PHP. Dan, laboratorium PHP di bawah UPTD PTPH Sumut.
Jadi setiap OPT yang menyerang tanaman petani kata Marino, harus diuji dulu di lab yang ada. Dari hasil pengujian lab itulah selanjutnya brigade turun ke lapangan untuk melakukan pengendalian.
"Kami berharap usulan rencana penambahan brigade dan lab PHP itu dapat disetujui pak Kadis mengingat pentingnya sarana pendukung tersebut bagi pertanian kita," kata Marino.