Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput, Dusun Sibuntuon, di Desa Simanungkalit, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), sekitar 20 tahun silam dikenal sebagai perkampungan pengrajin anyaman rotan. Kini perkampungan pengrajin rotan itu tinggal kenangan, penduduk sudah beralih bertani dan ke profesi lain. Penyebabnya akibat tingginya ongkos produksi.
Janiper Hutagalung (41), salah satu pengrajin anyaman rotan yang masih tetap bertahan dari sekian banyaknya kepala keluarga di perkampungan Sibuntuon yang dulunya berpenghasilan dari pengerajin rotan.
Ditemui medanbisnisdaily.com, Rabu (6/6/2018), di Dusun Sibuntuon, Janiper Hutagalung menuturkan, usaha kerajinan anyaman rotan dimulai oleh mendiang bapaknya dari tahun 1955 silam.
“Penduduk dusun yang dulu menekuni kerajinan anyaman rotan, beralih menjadi petani cabai dan profesi lain sekitar tahun 1997. Pengrajin beralih ke profesi lain disebabkan ongkos produksi kerajinan rotan terlalu tinggi. Akhirnya, para pengerajin gulung-tikar,” tutur Janiper.
Tingginya ongkos produksi kerajinan anyaman rotan, sebut Janiper, bahan baku susah didapati di pasar dan harga rotan terlalu mahal. Belum lagi ongkos transportasi. Untuk bahan baku, diperoleh dari daerah Doloksanggul dan Tele, Kabupaten Samosir
Kemudian untuk menggaji karyawan, terang Janiper, tidak mampu lagi karena biaya produksi yang tinggi. Untuk tetap bertahan, proses pengerjaan anyaman rotan harus dilakukan oleh anggota keluarga.
Untuk proses pembuatan kerajinan anyaman rotan, seperti bakul dan keranjang, papar Janiper, membutuhkan 1 kg rotan yang sudah diarit dan benar-benar kering. Dan hasilnya, harga satu unit bakul anyaman rotan hanya laku dijual di pasar sekira Rp 20.000.
Janiper mengatakan, jenis kerajinan rotan yang mereka kerjakan, di antaranya bakul dan keranjang tenteng, keranjang buah, mulai dari ukuran kecil hingga ukuran standar/ukuran besar. Lalu, lampion lampu, berbagai jenis barang perabotan rumah tangga, keranjang kandang ayam dan lainnya.
“Produksi kerajinan itu, selain dijual di pasar lokal, juga dipasarkan ke Kabupaten Karo, Tanjungbalai dan Pematang Siantar,” pungkas Janiper.