Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar acara buka puasa bersama duta besar negara sahabat hingga Menteri Kabibet Kerja di Istana Wapres. Beberapa Duta besar sempat bercerita soal kesan Ramadan di Indonesia.
Acara buka puasa bersama Duta Besar Negara Sahabat, Menteri Kabinet Kerja, Pimpinan Lembaga Negara, hingga Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian, berlangsung di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (8/6/2018). JK awalnya bercerita soal Ramadan di Indonesia.
"Biasanya di Jakarta di Ramadan menjelang berbuka puasa jalanan macet," ujar JK di awal sambutannya.
JK berharap ibadah Ramadan tahun ini memberi berkah bagi umat Muslim. JK pun sempat bercerita soal rutinitas acara buka puasa bersama yang dijalani.
"Sejauh ini saya buka puasa bersama keluarga baru 5 kali, 25 hari lainnya berbuka di luar. Istri saya senang mungkin saya tidak buka puasa di rumah karena tak memasak," kelakar JK.
JK pun meminta para Dubes yang hadir untuk menyampaikan kesan-kesannya menjalankan Ramadan di Indonesia.
Kesan pertama disampaikan Dubes Bangladesh yang merasa Ramadan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di negaranya. "Saya belum pernah ke ifthar party, perbedaan Indonesia dan Bangladesh gak terlalu berbeda jamnya sama, cuacanya sama. Di Bangladesh juga banyak azan," ucapnya.
Sementara itu, Dubes Nigeria merasa puasa di Indonesia sangat menyenangkan. "Di Nigeria kalau salat Tarawih baca suratnya panjang-panjang, sedangkan di Indonesia bacaan suratnya pendek-pendek," paparnya.
Dubes Iran Valiollah Mohammadi Nasrabadi juga merasakan Ramadan di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di negaranya. Dia melihat banyak kesamaan pelaksanaan ibadah Ramadan di Indonesia dengan Iran.
"Nggak ada masalah bagi saya untuk menjalankan Ramadan di sini. Di Indonesia ada tarawih, di Iran ada tarawih. Ada juga yang nggak tarawih, kami juga membaca Alquran. Kalangan Sunni di Iran tetep ada tarawih, tapi yang Syiah nggak ada tarrawih," tuturnya. (dtc)