Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kalong adalah anggota keluarga kelelawar (chiroptera). Binatang nokturnal ini hidup bebas di hutan dengan mengkonsumsi buah-buahan. Di hutan Sumatera, keberadaan kalong disebut-sebut mulai langka. Hal itu salah satunya disebabkan maraknya perdagangan kalong untuk bermacam keperluan.
Hal itu dikatakan James Karo-Karo salah seorang penjual kalong yang ditemui medanbisnisdaily.com, Minggu (10/6/2018), di Jalan Djamin Ginting, Pasar 12, 5 Padang Bulan, Medan.
James mengaku ia menjual per ekor kalong dewasa Rp 250.000. Diakui James, kalong-kalong itu ia beli dari pemburu.
"Mereka itu tinggal di hutan. Berapa ekor yang mereka dapat kubeli. Aku ini khusus menjual saja," akunya.
Kalong-kalong milik James dibeli orang untuk berbagai keperluan. Selain obat, ada juga yang membelinya untuk hoki. Menurut James biasa mereka adalah orang Tionghoa.
" Kalau orang Tionghoa beli diborong orang itu. Kata mereka untuk nambah rezeki. Enggak tahu dimakan atau tidak. Tapi kalau untuk obat biasa dimakan. Dijadikan sop," aku James.
Ditanya soal kelangkaan dan perlindungan binatang ini, James mengaku tidak tahu. Dijelaskannya, banyak orang yang menjual kalong di sekitar Jalan Djamin Ginting ini dan sebelah tempat di Kota Medan. Kalong-kalong itu berasal dari kawasan hutan Sibolangit.
"Mereka (pemburu kalong-red) masuk ke dalam hutan. Tinggal di situ. Kalau menjual baru mereka ke kota," katanya.
Kalong oleh World Conservation Union masuk kategori near threatened (hampir terancam punah). Begitu juga Indoensia, mamalia ini juga masuk kategori hewan dilindungi.
Meski belum diketahui secara ilmiah, kalong dianggap mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Antara lain, asma, gatal-gatal pada kulit, antibodi, sampai menguatkan stamina.