Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pembelaan datang untuk Katib Aam (Sekjen) PBNU Yahya Cholil Staquf yang ke Israel tapi tak membahas Palestina, tak seperti yang diklaimnya. Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir mengatakan, dari pidato Yahya, terlihat ada upaya untuk berdiplomasi dengan Israel terkait Islam.
"Harus juga dilihat apakah kepergian Yahya tersebut resmi atau pribadi. Karena, dari wawancara tersebut, terbaca juga upaya Yahya untuk berdiplomasi tentang Islam di Indonesia sesuai ajaran Gus Dur," jelas Inas, Rabu (13/6).
Waketum Gerinda Ferry Juliantono sebelumnya mengkritisi undangan Israel kepada Yahya Staquf. Dia lalu menyeret Presiden Joko Widodo dan menyebut Yahya dan Jokowi ngibul.
Menurut Inas, kunjungan Yahya tak ada kaitannya dengan Jokowi. Dia memberi peringatan ke Ferry.
"Urusan Yahya bukanlah urusan Jokowi. Jadi Gerindra janganlah bermain api," ucapnya.
Yahya berbicara di Israel pada Minggu (10/6) waktu setempat. Dia menjadi pembicara dalam diskusi yang moderatornya Direktur Forum Global AJC Rabi David Rosen. Acara itu dihadiri 2.400 orang.
Yahya berbicara dalam acara diskusi yang diadakan organisasi Yahudi Amerika. Dia juga telah menegaskan alasan kehadirannya di Israel.
"Saya berdiri di sini untuk Palestina. Saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka," kata Yahya setelah menjadi pembicara dalam forum yang diprakarsai American Jewish Committee (AJC) di Israel itu sebagaimana dilansir NU Online, Senin (11/6).
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan, Yahya memenuhi undangan tersebut atas nama pribadi dan tak ada kaitannya dengan PBNU. Apa yang dilakukan Yahya di Israel ditegaskan Said Aqil sangat bersifat pribadi.
"Menyikapi kehadiran Kiai Yahya Staquf ke seminar yang diadakan oleh Yahudi Amerika di Yerusalem atau di Israel, kami PBNU menyatakan bahwa kehadiran Kiai Yahya Staquf atas nama pribadi, sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama," kata Said Aqil. (dtc)