Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut menyebutkan tahun ini akan terjadi kenaikan pada suku bunga kredit. Hal ini karena ada pengaruh kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang turut mempengaruhi bunga acuan di Indonesia. Sehingga turut mengerek bunga simpanan yang akhirnya mempengaruhi tingkat bunga kredit.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menjelaskan bunga kredit yang paling cepat untuk naik adalah segmen kredit konsumsi.
"Bunga kredit konsumsi akan terasa lebih cepat, karena permintaannya paling tinggi dan risikonya juga tinggi," kata Halim saat open house di kediamannya di Jakarta, Sabtu (16/6).
Dia menjelaskan, selain itu kredit konsumsi bahkan ada yang tidak menggunakan agunan. Ini yang menyebabkan bunga kredit bisa naik lebih cepat.
Setelah kredit konsumsi biasanya diikuti dengan bunga kredit investasi dan bunga kredit modal kerja.
"Tapi memang dibutuhkan waktu untuk kenaikan bunga kredit. Setelah bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik maka ada penyesuaian tapi agak panjang 6 bulan atau satu tahun biasanya," ujar dia.
Berdasarkan data BI rata-rata suku bunga deposito tercatat 5,84% dan bunga kredit 11,2%. Pertumbuhan kredit pada Maret 2018 tercatat sebesar 8,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,2% (yoy).
Direktur Keuangan Bank Negara Indonesia (BNI) Anggoro Eko Cahyo menjelaskan dengan naiknya bunga acuan belum tentu bunga kredit akan mengalami kenaikan.
"Belum pasti langsung naik, kan butuh waktu dan tergantung likuiditas banknya," kata Anggoro.
Dia menambahkan dalam menaikkan tingkat bunga dibutuhkan kajian dan perhitungan dari perbankan. Jadi tidak mesti setiap ada kenaikan bunga acuan diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit. Dia menyebutkan, dengan penyesuaian ini pasti akan ada penyesuaian pada bunga deposito.(dtf)