Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Parsadaan Mahasiswa Humbang Hasundutan (Parmahan) Bengkulu turut beruka cita atas tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun yang berpenumpang ratusan orang saat berlayar dari Pelabuhan Simanindo (Samosir) ke Pelabuhan Tigaras (Simalungun) pada Senin (18/6/2018), sekitar pukul 17.30 WIB. Parmahan pun menggelar doa bersama dan penyalaan lilin sebagai bentuk simbol doa dan harapan tidak terulangnya tragedi yang sama di kemudian hari, Rabu (20/6/2018).
Dalam penyalaan lilin tersebut juga dinyanyikan lagu “ Ibu Pertiwi “ Lalu salah seorang anggota yang bernama Hosani membacakan Puisi yang berjudul “ Tao Toba “ yang menggambarkan musibah yang terjadi dan harapan terbaik yang akan datang. Yang selanjutnya masuk pada pernyataan sikap keprihatinan yang dibacakan ketua Parmahan, Panogihon Purba, sebagaimana siaran pers yang diterima medanbisnisdaily.com, Jumat (22/6/2018),
Dalam pernyataan sikapnya, Parmahan menyampaikan dukacita yang sangat mendalam atas tragedi yang sudah terjadi kepada keluarga korban yang meninggal dan dukungan serta doa kepada korban yang masih hilang.
Panogihon membacakan beberapa hal-hal penting dari penyebab kejadian tersebut dan perbaikan ke depannya.
1.Kondisi dan kelayakan kapal tidak terpenuhi karena kapasitas muatan kapal ternyata melebihi batas maksium muatan. Ditambah lagi kapal tersebut dikhususkan hanya untuk mengangkut manusia bukan diperuntukan untuk mengangkut angkutan transportasi roda dua dan roda empat.
2. Kesengajaan dan kelalaian pihak pemilik kapal, nahkoda maupun pihak-pihak terkait yang seharusnya melihat cuaca buruk dan kondisi kapal yang melebihi kapasitas yang seharusnya tidak layak untuk berlayar, namun tetap berlayar karena ada unsur kesengajaan dan kelalaian dari pihak terkait.
3. Kesedian Tim SAR maupun Basarnas yang bertugas dalam upaya pencarian dan penyelamatan waktu menjadi komponen penting dalam upaya penyelamatan para korban. Namun realita yang terjadi di lapangan dalam proses hanya dilaksanakan di hari pertama pada kondisi terang dan terjadi pemberhentian di malam harinya dan dilanjutkan evakuasi di lanjut di pagi hari. Hal ini menyebabkan dan membiarkan semakin banyak korban yang tidak ditolong yang seharusnya bisa dibantu dan ditolong pada hari itu juga ketika proses pencarian dan penyelamatan terus berlanjut.
4. Harus ada pihak yang bertanggung jawab atas tenggelamnya KM Sinar Bangun. Karena tragedi ini merupakan kelalaian yang berujung nyawa. Ini demi perwujudan Danau Toba sebagai destinasi wisata taraf internasional.
“Kita berharap akan adanya perbaikan dan pembelajaran ke depan. Harapan kita memang semoga tragedi ini yang terakhir kali terjadi di Danau Toba,” tutup Panogihon.