Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Trenggalek - Ribuan warga Kecamatan Durean, Trenggalek, merayakan lebaran Ketupat H+7 Idul Fitri. Tradisi yang ada puluhan tahun silam dilakukan dengan melakukan anjangsana di antara warga, yang dimeriahkan kirab gunungan ketupat.
Kupatan yang dipusatkan di Ponpes Babul Ulum, Kecamatan Durenan tersebut diawali melakukan pawai ta'aruf dengan mengarak gunungan ketupat raksasa keliling kampung.
Usai dikirab, gunungan yang berisi ketupat sayur lengkap dengan lauk pauknya ini diperebutkan warga yang berada di sekitar pesantren. Aksi ini menjadi kemeriahan tersendiri di antara tradisi lebaran Ketupat.
Menurut Pengasuh Ponpes Babul Ulum, Kyai Abdul Fattah Muin, kegiatan seremonial berupa kirab ketupat ini bukan sebagai esensi utama dari tradisi yang ada, namun hanya sarana untuk memeriahkan kupatan.
Kegiatan inti dari lebaran Ketupat di di wilayahnya saling bersilaturrahmi antara warga satu dengan yang lain dan saling maaf-memaafkan. Perayaan lebaran ini baru dilakukan pada H+7 karena selama enam hari terakhir sebagian warga melakukan puasa sunnah Syawal.
"Kalau di sini ini tradisinya memang seperti itu, silaturrahmi pertama Idul Fitri dilakukan pada tangal 1 Syawal, kemudian setelah itu puasa sunnah. Baru setelah itu kupatan," ujar Kiai Abdul Fattah Muin.
Tradisi yang kini dirayakan sebagian besar warga di Kecamatan Durenan berawal dari leluhurnya Kiai Abdul Masir. Kala itu sang kiai rutin melakukan puasa sunnah Syawal dan baru menggelar "open house" pada hari raya ke-8.
"Tradisi itu kemudian juga diikuti kakek saya kakek saya Mbah Yai Imam Mahyin, waktu itu hanya satu keluarga. Kemudian setelah beliau wafat dilanjutkan oleh ayah saya, saat itu ada sekitar 15 rumah dan pada generasi saya sudah menyebar satu kecamatan, bahkan sampai kecamatan lain," jelasnya.
Dalam tradisi kupatan, masing-masing rumah menyediakan sajian khas berupa ketupat sayur lengkap dengan aneka lauk pauk, salah satu sayur yang sering dihidangkan sebagai pendamping adalah sayur nangka muda maupun sayur kacang loto.
Sambutan meriah terhadap perayaan tahunan ini tampak terasa di sejumlah ruas jalan raya di wilayah Durenan. Kepadatan arus lalu lintas mencapai 1 Km yang mulai terjadi sejak pagi hingga sore hari.
Warga yang menyambut kupatan tidak hanya dari lingkungan sekitar Kecamatan Durenan, namun juga dari berbagai daerah di Trenggalek hingga luar kota.
Salah seorang warga, Cahya mengaku sengaja datang ke perayaan kupatan karena ingin bersilaturrahmi bersama kerabatnya yang ada di ujung timur Trenggalek. "Saya memilih ke sini sekarang karena memang perayaan lebaran baru sekarang," ujar Cahya.
Sementara Plt Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, mengaku kagum dengan tradisi lebaran ketupat yang telah dilakukan selama puluhan tahun tersebut. Karena mampu mengumpulkan ribuan warga untuk saling bersilaturrahmi bersama.
"Dari tradisi yang dilakukan ulama kharismatik, kemudian ditularkan kepada masyarakat, ini sangat bagus sekali untuk menjaga tali silaturrahmi diantara warga. Apalai sekarang ada kirab ketupat yang membuat suasana yang semakin meriah," jelas Arifin.
Pemerintah daerah mengaku akan terus mendukung pelestarian tradisi tersebut dengan berbagai kegiatan positif, sehingga mampu mengedukasi masyarakat untuk merayakan lebaran ketupat dengan hal-hal yang bermanfaat. dtc