Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Data korban hilang di posko pelabuhan Simanindo dan Tigaras masih berbeda. KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Senin (18/6/2018) sekitar pukul 17.00 WIB, berangkat dari pelabuhan Simanindo menuju Tigaras, diperkirakan berpenumpang lebih dari 180 orang dan 60 unit roda dua.
Posko ante mortem dermaga pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, hingga, Jumat (22/6/2018) menunjukkan informasi korban hilang penumpang KM Sinar Bangun sebanyak 109 orang. Di posko call center Pemerintah Kabupaten Samosir tercantum jumlah korban hilang sebanyak 152 orang. Sementara jumlah korban hilang di posko SAR gabungan Tigaras sudah sebanyak 184 orang.
Selain itu, di posko ini juga tidak ada petugas yang siap melayani pertanyaan masyarakat seputar informasi yang terpampang.
"Iya, benar. Data terkini korban hilang di posko SAR gabungan Tigaras berjumlah 184 orang. Itu berdasarkan laporan masyarakat," ujar Kasi Ops Kantor SAR Medan M Agus Wibisono saat dihubungi, Jumat (22/6/2018).
Perbedaan informasi antara Tigaras dengan Simanindo ini, berpotensi membingungkan masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang merasa anggota keluarganya jadi korban.
Seorang warga Simanindo, Kabupaten Samosir yang enggan disebutkan namanya, kepada medanbisnisdaily.com, menyampaikan, mengaku prihatin atas kondisi itu. Menurutnya, hal ini menunjukkan Pemerintah Kabupaten Samosir tidak siap menghadapi bencana.
"Masa lebih besar baliho Bupati dan Ketua DPRD daripada papan informasi. Padahal ini yang lebih penting. Banyak yang datang melihat informasi ini, dan kebanyakan dari luar Samosir," katanya saat ditemui di Pelabuhan Simanindo.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Samosir dapat mendirikan posko khusus yang melayani, juga menyediakan kebutuhan makan dan minum para keluarga dari korban hilang yang menanti di dermaga.
"Lebih baik dirikan posko. Kegiatan pesta Sigale-gale Carnival di Pangururan itu seharusnya dihentikan saja. Dananya kasih ke sini. Jadi, keluarga yang lagi berduka bisa sedikit terobati rasa dukanya. Ini malah lain. Enggak ada sama sekali diarahkan keluarga menunggu dimana," tambahnya.
Senada, Masdin Napitupulu yang keluarganya turut menjadi korban hilang atas tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun, menginginkan adanya sinkronisasi data disetiap posko.
"Maunya disesuaikan lah datanya. Nampak sekali petugas Pemerintah Kabupaten Samosir ini tidak tahu apa kerjanya. Sudah informasinya berubah-ubah, ditambah lagi tidak ada kesamaan, apa enggak makin sedih dan resah keluarga korban," ujar pria yang tiga anggota keluarganya termasuk penumpang KM Sinar Bangun ini.