Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Ankara. Meral Aksener menjadi satu-satunya wanita calon presiden (capres) Turki dalam pemilu 24 Junibesok. Wanita yang dijuluki 'Asena' atau 'serigala betina' ini bertekad melengserkan Presiden Recep Tayyip Erdogan yang bersama partainya selalu menang pemilu Turki dalam 16 tahun terakhir.
Seperti dilansir CNN, Sabtu (23/6), Aksener (61) yang merupakan capres dari Partai Iyi yang baru terbentuk ini, merupakan mantan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan mantan Wakil Ketua Parlemen Turki. Tahun 2016, Aksener didepak dari Partai Pergerakan Nasionalis (MHP) setelah memimpin gerakan oposisi melawan Ketua MHP Devlet Bahceli. Pada tahun 2017, dia mendirikan partai baru bernama Partai Iyi.
Dalam kampanyenya, Aksener selalu menyerukan 'Revolusi Yemeni' demi mengakhiri agresi kaum pria dalam politik Turki. Yemeni merupakan sebutan untuk kain warna-warni yang bisa dipakai sebagai hijab. Aksener mengumpulkan banyak 'yemeni' berbagai warna dari para pendukungnya dalam setiap kampanyenya di berbagai kota.
Dalam tradisi Turki, pertengkaran antara kaum pria akan berakhir ketika seorang wanita melemparkan kain penutup kepalanya ke tanah. Aksener bertekad jika nantinya dia berhasil mengakhiri dominasi Erdogan dalam pemerintahan Turki, dirinya akan memajang kain penutup kepala itu di Cankaya, bekas Istana Kepresidenan Turki di Ankara.
"Turki telah dipimpin oleh seorang pria yang sangat kasar dalam waktu yang sangat lama," ujar Aksener kepada CNN saat ditemui di sela-sela kampanye di kota Adana, Turki, beberapa waktu terakhir.
Orang-orang di luar Turki menyebut Aksener sebagai 'Iron Lady', namun warga Turki sendiri menjulukinya sebagai 'Asena', yang merupakan sebutan untuk serigala betina warna biru dari kisah dongeng, yang dikisahkan selalu menjaga suku-suku Turkic dari bahaya.
Terlepas dari itu, Aksener memilih dipanggil dengan sebutan lain. "Sejumlah orang memanggil saya 'saudari', tapi ada banyak anak muda yang memanggil saya 'Ibu Meral', dan saya suka menjadi seorang ibu," sebutnya.
Aksener menjadi satu-satunya capres wanita dari total enam capres yang bertarung dalam pilpres 24 Juni besok, yang juga akan memilih anggota parlemen sekaligus. Pesona Aksener tidak hanya mengena pada kaum wanita Turki. Pandangannya yang konservatif dan nasionalis membuatnya berpotensi mencuri suara dari basis pendukung Erdogan, meskipun dalam survei dia ada di posisi ketiga.
Aksener ada di bawah Erdogan dan Muharrem Ince, capres Partai Rakyat Republik (CHP) yang merupakan oposisi utama. Namun Ince diprediksi tidak akan mampu memecah suara konservatif seperti Aksener. Kalangan konservatif Turki selama ini mendukung Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang menaungi Erdogan dan telah memenangkan pemilu selama 16 tahun terakhir.
Partai Iyi yang mendukung Aksener memang masih baru di dunia politik Turki, namun sosok Aksener merupakan politikus veteran. Dia pernah menjabat Mendagri Turki selama delapan bulan pada periode November 1996 hingga Juni 1997. Saat itu, dia meraup kredilitas besar ketika berani melawan militer Turki yang berupaya melengserkan pemerintahan sipil tahun 1997 lalu.
Tekad kuat Aksener untuk melawan hal yang tidak sesuai baginya, membuatnya populer. Contohnya saat dia keluar dari MHP yang menaunginya sejak lama, karena MHP berkoalisi dengan AKP yang menaungi Erdogan.
Jika nantinya gagal melengserkan Erdogan, pencalonan Aksener telah memberi warna tersendiri pada pemilu Turki. Dalam pilpres sebelumnya, partai-partai oposisi akan mendukung satu calon gabungan untuk menantang incumbent. Kali ini, Aksener menjadi yang pertama menolak bergabung dan mengumumkan pencalonannya sendiri. Keputusannya itu kemudian diikuti partai oposisi lainya hingga muncullah lima capres penantang Erdogan.
Dalam pilpres tahun ini, partai-partai oposisi termasuk Partai Iyi yang menaungi Aksener berkomitmen mendukung kandidat siapa saja yang akan berhadapan langsung dengan Erdogan, jika pipres berlanjut ke putaran kedua pada 8 Juli mendatang. (dtc)