Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tigaras. "Kejadiannya begitu cepat. Kapal oleng ke kiri lalu kanan, beberapa saat kemudian sudah tenggelam. Ketika kapal mau tenggelam itu saya loncat tercebur ke danau," kata Jamuda Parmonangan Sinaga.
Pemuda 17 tahun yang diduduk di bangku sekolah Kelas II SMA ini menceritakan kisahnya kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (24/06/2018), saat ditemui di Simpang Gereja Jalan Tigaras, Kabupaten Simalungun. Ketika diminta bercerita sejak awal, Jamuda sempat menolak karena tidak mau mengingat kejadian tersebut.
Ketika itu, dia dan lima kerabatnya naik sepeda motor dari Tomok, Kabupaten Samosir seusai dari Pasir Putih, Kabupaten Samosir. Saat di perjalanan, sepeda motor yang mereka gunakan rusak beberapa kali di perjalanan.
Hingga, setibanya untuk menyeberang ke Dermaga Tigaras menjadi awal kejadian. Jamuda bersama rombongan sempat ditolak karena sudah penuh.
Namun, oleh pemilik kapal, mereka tetap disuruh masuk, dengan posisi sepeda motor sudah penuh dan padat.
"Kakak dan teman saya disuruh masuk ke dalam kapal. Sepeda motor kami juga disusun. Penumpang sudah padat di dalam tidak bisa bergerak sama sekali. Kondisi penumpang sesak. Sepeda motor juga sudah padat jumlahnya puluhan. Kalau penumpang itu, kondisinya sekitar hampir 200 orang. Mesin kapal dihidupkan langsung jalan," ucapnya dengan tatapan mata yang kosong.
Ketika kapal berjalan sekitar 20 menit lebih, di tengah danau tiba-tiba kapal oleng. "Saya tidak ingat berapa lama oleng, saya loncat ke danau kapal sudah tenggelam," ungkapnya.
Saat berenang di danau, Jamuda sempat berupaya menolong kerabatnya. ia berusaha menyelam ke dalam danau sempat menemukan kerabatnya.
"Saat saya menyelam, saya sudah melihat darah di dalam air dasar danau. Teman saya menarik-narik kaki saya, karena situasi panik dan saya juga hampir tenggelam. Saya lepaskan dan saya naik ke permukaan danau. Setelah itu, tidak ada lagi saya lihat mereka di mana," ujarnya.
Hingga dia diselamatkan kapal KMP II Sumut, Jamuda mengaku tidak ingat lagi kejadian selanjutnya. Jamuda hingga kini harus bolak balik rumah ke Posko Bencana di Dermaga Tigaras yang berjarak sekitar 7 KM dari rumahnya.
"Setiap hari saya bolak balik mau cek korban lain apakah sudah ditemukan atau belum. Karena kakak dan adik saya dan teman saya belum ditemukan juga. Saya berharap secepatnya bisa ditemukan," jelasnya.
Mengenai pemberitaan di media massa yang menyatakan bahwa keluarga korban selamat dan meninggal dunia sudah mendapat santunan baik dari pemerintah ataupun Jasa Raharja. Jamuda membantah. Ia mengatakan, hingga kini belum ada sama sekali bantuan yang diterima.
"Bantuan sama sekali belum ada. Keluarga juga belum ada menerima," jelasnya.
Jamuda Parmonangan Sinaga merupakan warga Kampung Sibungabunga, Desa Togudomu Nauli, Kabupaten Simalungun.
Jamuda adalah siswa kelas 2 di SMA Negeri 1 Dolok Pardamean, Simalungun dari pasangan suami istri Salam Sinaga (ayah/almarhum) dan Teti Erawati Sianipar (ibu).