Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dinas Kesehatan Sumatera Utara (Dinkes Sumut) sedang membuat strategi meningkatkan cakupan dan mutu imunisasi, serta penanganan kasus TBC.
"Karena memang masih banyak kasus TBC yang belum ditemukan. Artinya sudah ada gejala tetapi belum dapat diobati. Strategi utama kita adalah menemukan orang yang terkena TBC tetapi belum dapat diobati. Karena ini juga mengancam meningkatnya angka stunting. Jika ibu hamil terkena TBC, maka akan mempengaruhi bayi di dalam kandungannya," kata Sekretaris Dinkes Sumut, Ridesman, kepada medanbisnisdaily.com di Medan, Jumat (29/6/2018).
Disinggung terkait memaksimalkan imunisasi, Ridesman memaparkan, yang terpenting ada kontak dengan pusat pelayanan, seperti posyandu, puskesmas, klinik-klinik kesehatan swasta, bahkan rumah sakit dan dokter spesialis. Ia mengatakan, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan pihak tersebut untuk mengatasi kasus ini.
"Karena pada prinsipnya kita harus memastikan tidak boleh kurang dari 92% anak balita mendapatkan imunisasi. Jika di bawah angka itu, maka akan rentan terkena penyakit. Dengan target pencapaian angka tersebut, resiko-resiko penyakit dapat ditekan," ungkapnya.
Saat ini, sebutnya, sudah mencapai angka 85%. Karena itu harus dilakukan percepatan imunisasi layanan dasar dengan melibatkan seluruh stakeholder. Semua pusat-pusat pelayanan kesehatan harus sudah mempersiapkan layanan dasar tersebut, dan layanan dasar ini gratis.
Dikatakannya, pihaknya juga akan mulai mengaktifkan Posyandu. Karena ini termasuk pelayanan utama dan tulang punggung penurunan stunting. Hal ini sesuai dengan instruksi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
"Di desa-desa ini adalah andalan utama. Karena dari sini dilakukan pemantauan tumbuh kembang balita, ibu hamil serta penurunan stunting," ucapnya.
Selain itu, pihaknya juga sedang berupaya menata kembali agar Posyandu kembali diaktifkan. Dan tentu ini perlu dukungan lintas sektornya, karena Posyandu bukan hanya terkait kesehatan saja, tetapi juga keluarga berencana (KB), pertanian dan sebagainya.
"Kita sedang memetakan di setiap kabupaten. Karena Posyandu juga memiliki strata, ada kategori Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Hal ini dilihat dari segi aktifnya, dari segi jumlah kader minimal 5, serta program-programnya di atas 50%. Posyandu yang ingin didongkrak yakni, Pratama dan Madya. Ini harus naik kelas ke Purnama, serta Mandiri. Minimal di kategori Purnama" ungkapnya.
Saat ini, katanya, jumlah Posyandu di Sumut sebanyak 15 ribuan. 45% sudah berada di kategori Purnama dan Mandiri. "Di tahun depan ini yang kita genjot sebagai target kita, minimal mencapai 65%," ucapnya.
Selain itu, mulai Januari 2019, pihaknya juga akan melakukan pencapaian layanan kesehatan dasar melalui Standar Pelayanan Minimal (SPM) di kabupaten/kota.
Dalam hal ini, ada 12 indikator, yakni persoalan gizi, imunisasi, ibu hamil, HIV, TBC, persoalan orang gangguan jiwa, dan sebagainya.
"Ini targetnya 100%. Jika penanganan gizi, maka semua persoalan gizi, jika persoalan ibu hamil, maka semua ibu hamil menjadi fokusnya. Begitu juga persoalan lainnya," ujarnya.