Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banjarnegara. Fenomena embun es atau bun upas di dataran tinggi Dieng, Banjarnegara, masih menjadi momok bagi para petani kentang atau wortel. Pasalnya, embun es yang muncul di musim kemarau sulit diprediksi.
"Ini kan fenomena alam, jadi masih sulit diprediksi. Kadang siangnya panas, tetapi ternyata malamnya suhu udara dingin hingga embun menjadi beku," ujar Kepala Bidang Holtikultura pada Dinas Pertanian dan Perikanan Banjarnegara, Setya Adi Prabayuwana, Kamis (5/7/2018).
Padahal, tanaman kentang, wortel dan jenis sayuran lainnya langsung layu dan mati meski hanya sekali terkena bun upas. Berbeda dengan tanaman carica yang tumbuh di dataran tinggi Dieng ini cenderung lebih tahan ketika terkena bun upas.
"Untuk upaya pencegahan sulit, paling petani mengatur masa tanam. Biasanya petani mengatur agar pada bulan Juli-Agustus waktu di mana bun upas muncul tanaman sudah tua. Jadi, meskipun layu namun sudah bisa dipanen," jelasnya.
Namun, jika baru mulai tanam, petani biasanya mengantisipasi dengan cara menyemprotkan air pada tanaman pada malam hari atau dini hari. Meskipun demikina, upaya ini dianggap belum efektif karena jika sudah membeku tanaman tetap tidak bisa tertolong lagi.
"Jadi kalau sudah membeku dan kena sinar matahari langsung layu," ujarnya.
Adi menambahkan, untuk tanaman holtikultura yang berada di luar Dieng relarif aman meski di musim kemarau. Pasalnya, jenis tanaman holtikultura ini tidak banyak membutuhkan air. (dtc)