Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Karangasem. Setelah jeda tidak ada letusan selama 36 jam, Gunung Agung, Bali kembali erupsi. Minggu pagi gunung setinggi 3.142 Mdpl ini batuk sebanyak 2 kali dengan tinggi kolom abu mencapai 1500 meter.
"Kemarin tidak ada letusan sama sekali, hari ini ada lagi. Jadi kalau dihitung sekitar 36 jam tanpa letusan," kata Kasubid Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, di posko pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Minggu (8/7).
Letusan terjadi pada Minggu pagi sekitar pukul 05.22 WITa. Teramati kolom abu berwarna asap kelabu setinggi 1.500 meter mengarah ke barat. Sinar api juga terlihat di puncak kawah pada saat letusan terjadi.
Selang beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00 WITa erupsi kembali terjadi. Kolom abu lebih kecil dari letusan sebelumnya yakni 500 meter.
Kalau dari segi data, lanjut Devy, kami melihat ada kencenderungan penururan dari segi energi magmatik. Energi yang dibangun pada tanggal 23-25 Juni kemarin sudah di erupsikan tanggal 27 Juni secara eksposif. Kemudian pada tanggal 28-29 gas sudah banyak yang diemisikan keluar melalui erupsi dan hembusan.
"Erupsi-erupsi yang mengiringi setelah itu kemudian mengurangi tekanan yang ada di dalam tubuh Gunung Agung," terangnya.
Data PVMBG 12 jam terakhir sejak pukul 00.00 WITa hingga 12.00 WITa menunjukkan selain 2 kali erupsi juga tercatat 8 kali hembusan, 3 kali gempa vulkanik dangkal dan 2 kali gempa tektonik jauh.
Walau Intensitas kegempaan mengalami penurunan dibandingkan pada erupsi tanggal 27 Juni dan 2 Juli namun bukan berarti aktivitas gunung agung menurun berada pada masa relaksasi selamanya.
Masyarakat terutama warga lereng gunung tetap diminta untuk selalu waspada dan dilarang untuk beraktivitas di radius 4 kilo meter dari puncak gunung. Serta warga yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar waspada. Karena potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.
Area landasan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.
"Ya mudah-mudahan kondisi terus menurun sehingga erupsi semakin berkurang ketinggian letusan juga terus berkurang sehingga masyarakat bisa kembali tenang," pungkasnya. (dtc)