Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisidaily.com - Medan. Anak orangutan sumatera (Pongo abelii) bernama Jennifer ditemukan dalam keadaan mati di tempat wisata Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sabtu (30/6/2018). Dari hasil bedah bangkai (nekropsi) menunjukkan bahwa penyebab kematian akibat proses alamiah.
Dalam konferensi pers yang dipandu Kepala Bagian Tata Usaha yang sekaligus Pelaksana Harian (Plh) Kepala BBTNGL, Joko Iswanto, di Aula Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Rabu (11/7/2018), anak orangutan tersebut bernama Jennifer, anak dari orangutan bernama betina bernama Jeky.
Kepala Bidang Teknis BBTNGL, Adhi Nurul mengatakan, informasi kematian orangutan Jennifer tersebut diperoleh dari pemandu wisata (guide) yang merupakan anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia di Bukit Lawang pada 30 Juni. Keesokan harinya, BBTNGL bersama dengan lembaga mitra, Orangutan Information Centre-Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (OIC-YOSL) dan Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) mengecek keberadaannya di lapangan.
Saat ditemukan sekitar pukul 17.00 WIB, Minggu (1/7/2018), orangutan Jennifer tersebut masih dibawa oleh orangutan Jeky. Setelah dipancing dengan memberinya makan, akhirnya orangutan Jeky melepas jennifer dan di saat itulah tim dari The Human Orangutan-Conflict Response Unit (HOCRU) dari OIC-YOSL mengambilnya.
Setelah itu, orangutan Jennifer, dibawa ke Kantor Seksi BBTNGL yang ada di Bukit Lawang untuk dilakukan bedah bangkai (nekropsi) dipimpin oleh Drh Yenni Saraswaty. Orangutan Jennifer tersebut diperkirakan masih berumur 2,5 tahun berkelamin jantan. "Akhirnya anak orangutan itu dikubur di sekitar kantor seksi," katanya.
Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 3 Stabat, Ruswanto mengatakan, isu mengenai orangutan sangat seksi dan menjadi perhatian secara global. Bahkan, kematian orangutan di Kalimantan lebih diperhatikan daripada pekerja sawit yang meninggal.
"Kita maksimalkan perlakuan dengan memerhatikan animal welfare dengan menghindari pemberian makan oleh guide/pengunjung agarb tidak ketergantungan," katanya.
Kepala Seksi Wilayah Bukit Lawang, P. Turnip mengatakan, dalam kasus ini penting untuk memahami dan mempelajari perilaku orangutan. Menurutnya, terdapat gejala alamiah yang membuat populasi orangutan ini kecil. Orangutan betina ini akan menjaga anaknya dari lahir hingga usia 6 - 7 tahun.
Selama proses ini orangutan betina dewasa menghilangkan keinginannya untuk berreproduksi. Sebaliknya si jantan selalu birahi. Untuk menyalurakan birahinya, ada kalanya sang jantan harus menyingkirkan anaknya. Hal tersebut yang kemungkinan menjadi penyebab orangutan Jennifer memiliki luka lebam di bagian leher.
Hantaman benda tumpul yang kuat yang kemudian menjadi penyebab kematian. Lalu, orangutan Jennifer juga diduga tidak makan selama tiga hari karena tidak selera atau tidak mampu meraih makanan.
"Orangutan itu akan membawa anakannya sampai tinggal tulang belulang. Oleh tim HOCRU dipancing dengan makanan. Yang kita khawatirkan, ada penyakit menular tapi setelah diambil sampel organnya, ternyata tidak menjelaskan karena sudah membusuk," katanya.
Menurutnya, jika di kemudian hari terjadi kematian serupa pihaknya akan mengusulkan untuk dilakukan asesmen terhadap kesehatan orangutan yang ada di Bukit Lawang. "Tim kita di lapangan sampai sekarang mengamati pergerakan Jeky. Apakah ada perubahan gejala tertentu setelah anaknya mati. Ternyata sampai sekarang tidak ada," katanya.
Drh Yeni Saraswaty mengatakan, hasil bedah bangkai menunjukkan secara general, penampakan luar badan orangutan Jennifer sudah menggembung, kemungkinan nproses autolysis atau pembusukan sudah terjadi. Mucose sudah tidak bisa teramati dengan baik karena pembusukan lebih dari 24 jam. Lalu ada kulit yang terkelupas di bagian kepala dan kedua bola mata sudah menonjol. Hal tersebut masih wajar karena proses pembusukan.
"Penampakan signifikan adanya bekas lebam di bagian dada depan (pangkal tenggorokan), jadi seperti ada gumpalan darah biasanya terjadi karena benturan keras. Hanya satu spot saja. Selain itu organ yang terlihat, usus dan lambung tak ada makanan. Kekosongan di situ terjadi lebih dari 2 hari setelah tak dapat asupan makan. Tak menemukan penyebab secara pasti karena sudah membusuk. Tak ada bekas penembakan. Kita ambil sampel patologi namun organ tersebut tak bisa menjelaskan karena sudah terlanujur busuk," katanya.